REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Para pekerja lanjut usia (lansia) di Jepang terimbas kehilangan pekerja akibat kegiatan bisnis tutup dalam masa pandemi Covid-19. Sehingga mereka tidak lagi dapat membayar sewa tempat tinggal.
Belum lama ini, di Distrik Shinjuku, Tokyo, seratusan orang lebih, kebanyakan adalah laki-laki, lansia berdiri dalam antrean panjang untuk mendapat bantuan makanan.
Tomoaki Kobayashi (72), salah satu di antara mereka, mengatakan dirinya khawatir kehilangan tempat tinggal karena uang pensiun yang ia terima tidak cukup untuk membayar sewa rumah.
Kobayashi, yang masih dalam kondisi bugar itu, telah kehilangan pekerjaannya sebagai petugas kebersihan arena pachinko (gim mesin) setelah banyak tempat perjudian tutup di bawah aturan status darurat Covid-19.
“Ini adalah bulan terakhir, saya tidak mampu lagi membayar,” ujar Kobayashi soal rumah sewa, seraya menenteng kantong berisi nasi kari instan, nasi daging instan, dan makanan ringan untuk stok beberapa hari ke depan.
Kobayashi menuturkan, dia telah membayarkan dana tabungan pensiun untuk jangka waktu 15 tahun saja, bukan 33 tahun seperti pada umumnya, sehingga hanya bisa mendapat 54 ribu yen (sekitar Rp 7,4 juta) per dua bulan.
Penduduk lansia Jepang adalah bagian penting dari tenaga kerja di negara itu. Setelah Perdana Menteri Shinzo Abe meluncurkan kebijakan ekonomi “Abenomics” pada 2012 lalu.
Jepang mempunyai sekitar 28 persen populasi penduduk lansia di atas 65 tahun. Sistem keimigrasian yang ketat membuat para lansia di Jepang banyak mengisi slot pekerjaan, misalnya penjaga toko, petugas kebersihan, dan pengemudi taksi.
Bagi beberapa pekerja lansia, pekerjaan mereka bisa menjadi tambahan untuk pos dana pensiun dan tabungan. Namun, bagi pekerja lansia dengan pemasukan rendah seperti Kobayashi, upah dari pekerjaannya adalah penyambung hidup.
“Para lansia yang harus bekerja karena rendahnya uang pensiun saat ini menghadapi kondisi yang sulit,” kata Takanori Fujita, kepala jaringan pekerja nonprofit sekaligus pengacara dan akademisi yang mengurusi isu sosial akibat wabah.
“Kami menggelar konsultasi (dengan para lansia) yang tidak mampu lagi membayar sewa rumah atau tagihan listrik mereka,” kata Fujita.
Menurut data pemerintah, sekitar 13 persen tenaga kerja di Jepang berusia 65 tahun ke atas, naik dari angka sembilan persen ketika Abe kembali menjabat pada 2012.
Lebih dari 75 persen pekerja lansia itu merupakan pegawai nonformal, pekerja paruh waktu, dan pekerja kontrak. Mereka berada dalam daftar pertama kelompok yang kehilangan pekerjaan jika terjadi tekanan pada kegiatan bisnis.