REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pekarangan pangan lestari menjadi salah satu strategi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi. Bagaimana tidak, pekarangan pangan telah terbukti mampu menjadi lumbung pangan masyarakat. Tidak membutuhkan waktu yang lama hingga dipanen, serta pengelolaannya mudah karena tanaman berada di pekarangan sendiri.
Salah satu Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tetap giat bertanam dan terus berproduksi ditengah pandemi ini adalah adalah KWT Binama di Desa Cibodas, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat.
Dengan memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan kebun seluas 4,5 hektare di wilayahnya, Ketua KWT Binama Ratna Junianti yang terbentuk tahun 2016 dan mendapat bantuan Pengembangan Pangan Lokal (P2L) pada tahun 2019 dan 2020, mengakui sangat merasakan manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.
Di tengah pandemi Covid-19 ini, aktivitas menanam di kelompoknya tetap berjalan dan suplai pangan untuk kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi dan tidak ada kendala, bahkan mampu membantu untuk lingkungan sekitarnya.
Tidak hanya sayur dan buah, kebutuhan protein hewani menurutnya juga terpenuhi dari ternak ayam dan ikan di lingkungan dan pekarangan anggota. “Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, hasil kebun P2L juga dijual dan selalu ludes terserap pasar, grade A kita jual ke gudang sayur untuk pasar modern, grade B kita jual ke pasar tradisional dan grade C kita olah jus atau makanan untuk jual di warung yang dikelola anggota,” papar Ratna.
Ratna mengakui jika kegiatan ini membantu meningkatkan ekonomi anggotanya yang sebagian besar ibu rumah tangga yang berperan sebagai kepala keluarga dan harus memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Ini menjadi sumber mata pencaharian kami, kami juga bisa hemat uang belanja untuk keperluan rumah," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan jika semua hasil panen tidak ada yang terbuang, bahkan sampah sayuran pun diolah lagi untuk membuat pupuk kompos cair atau pupuk organik. Seperti juga limbah jeruk dimanfaatkan untuk membuat minyak urut dan minyak sereh wangi.
“Komitmen kami sejak awal punya slogan 'dari limbah menjadi berkah', untuk pupuk tanaman kami manfaatkan dari limbah dapur/ rumah tangga, semua kita manfatkan tidak ada yang terbuang,” ujarnya.
Komoditas unggulan yang dibudidayakan diantaranya adalah selada keriting, lolorosa, romaine, horinso dan pakcoy. Bukan tanpa alasan, komoditas tersebut menurut Ratna lebih menguntungkan karena nilai jual yang bagus, tahan hama, dan berumur pendek sehingga dapat dipanen dan disemai setiap bulan.
“Selain sayuran, kami juga menanam tanaman obat (toga), hasilnya kita olah buat empon-empon, bandrek herbal. Sampai kewalahan juga menerima pesanan,” ungkapnya
Mengantisipasi keterbatasan air pada musim kemarau, Ratna telah menyiasati dengan mewajibkan membuat kolam kecil di pekarangan masing-masing anggota untuk menampung limbah air rumah tangga. Limbah air buangan rumah tangga tersebut akan disaring dengan menggunakan arang dan ijuk agar menghasilkan air bersih yang layak untuk pertanaman.
“Air limbah buangan rumah tangga pun kita manfaatkan ya, selain itu disini juga sebenarnya ada sumber air dan kami ada rencana menarik air dari sana juga dengan menggunakan sistem klep tanpa listrik,” ujarnya.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke KWT Binama pada Kamis (21/5), Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi sangat mengapresiasi apa yang telah dikembangkan oleh KWT Binama tersebut.
"Jika semua kelompok P2L memiliki semangat dan melaksanakan hal yang sama seperti di sini, saya yakin ketahanan pangan kita akan terus terjaga," tegasnya.
Menurutnya apa yang dilihat di kelompok tersebut membuktikan bahwa kegiatan P2L merupakan kekuatan penting dalam menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk menyediakan pangannya sendiri, selanjutnya juga sebagai sumber pendapatan.
"Saya yakin kelompok ini akan terus berlanjut, karena sudah menjadi mata pencaharian dan merasakan langsung manfaatnya. Harus tetap berlanjut," ujarnya memberi semangat kepada anggota KWT.