REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- DIY akan menyiapkan penerapan skema the new normal untuk standar operasional prosedur (SOP) atau skenario di bidang pariwisata. Hal ini akan dibahas usai Idul Fitri dikarenakan rencananya skema 'normal baru' akan diterapkan Juli 2020 mendatang.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, dalam mempersiapkan skema new normal untuk bidang pariwisata ini tetap harus mengutamakan protokol kesehatan terkait Covid-19. Sehingga, saat diterapkan tidak terjadi penyebaran Covid-19 yang meluas.
"Misalkan kalau satu tempat wisata itu setelah kita anallisis hanya boleh didatangi 100 orang, maka orang yang ke 101 harus antre di tempat lain. Silahkan pergi dulu, kalau yang satu sudah keluar maka yang orang 101 boleh masuk," kata Aji di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Jumat (22/5).
Tidak hanya terkait pariwisata, bidang lain seperti pendidikan juga akan dibahas dalam rangka penerapannya nanti. Termasuk di bidang lain seperti bidang kesehatan, bidang sosial dan bidang ekonomi.
Aji menyebut, evaluasi terhadap berbagai bidang tersebut telah selesai dilakukan. Sehinga, pembahasan skenario di segala bidang dapat dilakukan secepatnya.
"Kita sudah lakukan evaluasi masing-masing bidang, kemudian dari evaluasi ini tentu akan diplenokan. Oleh karena itu, mulai pekan depan harus sudah kita siapkan," ujar Aji.
Aji menjelaskan, di bidang pendidikan dapat diberlakukan kembali sistem pembelajaran online yang selama pandemi Covid-19 sudah dijalankan. Selain itu, juga dapat dilakukan sistem pembelajaran tatap muka, namun tetap memberlakukan protokol kesehatan Covid-19 yang sudah ditetapkan.
"Selama ini anak belajar satu bangku ada dua orang, tidak pakai masker, cuci tangan boleh atau tidak, nanti itu dilakukan. Misalnya satu kelas 30 orang, bisa diisi 15 orang," jelasnya.
Di bidang ekonomi, Aji mengatakan, pasar dan pusat perbelanjaan lainnya juga harus menerapkan protokol kesehatan terkait Covid-19. Jika tidak, akan diberlakukan sanksi seperti adanya penutupan sementara.
"Satu tempat rumah makan maksimal itu didatangi 15 orang misalnya, yang orang ke 16 harus antre. Kalau rumah makan melanggar maka bisa ditutup sementara, begitu juga dengan mal," jelasnya.
Walaupun begitu, hal ini masih harus dibahas dengan cermat dan matang sebelum skema 'normal yang baru' ini benar-benar diterapkan. Pembahasan SOP atau skenario ini akan dilakukan oleh gugus tugas penanganan Covid-19 DIY yang ada di masing-masing bidang.
"Masing-masing akan menyusun protokol bagaimana new normal bisa kita laksanakan," kata Aji.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo mengatakan, dalam rangka menyiapkan the new normal di bidang pariwisata tentunya harus ada SOP yang jelas. Seperti kebersihan, kesehatan, dan keamanan di tiap destinasi wisata yang ada.
Pihaknya pun telah menyiapkan berbagai pemenuhan standar dan fasilitas di seluruh industri wisata di DIY. Bahkan, ada sebagian standar yang sudah berjalan saat ini.
Standar tersebut diantaranya rutin melakukan pembersihan destinasi wisata, perbaikan dan penambahan fasilitas dan penyediaan tempat cuci tangan. Bahkan, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) hingga sosialisasi dan uji coba SOP standart protokol kebersihan, kesehatan dan keamanan.
"Dalam menyiapkan SOP industri pariwisata DIY, meliputi tidak hanya destinasi wisata, tapi juga meliputi kesiapan hotel, restoran, transportasi, dan pemandu wisata dalam menerima atau melayani wisatawan dengan berpedoman pada protokol kesehatan pencegahan Covid-19," kata Singgih.
Dengan diterapkannya skema ini nantinya, sektor pariwisata DIY diharap kembali meningkat. Sehingga, perekonomian di DIY pun diharapkan mulai bangkit di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
"Berkaitan dengan kapan dibukanya destinasi wisata di DIY, tentunya akan memperhatikan kesiapan baik destinasi maupun SDM dan melihat situasi kondisi perkembangan Covid-19, serta setelah mendapat rekomendasi dari tim gugus tugas penanganan Covid-19," ujarnya.