REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Unit Pelaksana Teknis (UPT) Layanan Internasional Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar Webinar bertajuk A New Normal: What Will the Future Look Like? pada Kamis (21/5). Dalam Webinar tersebut, UPT Layanan Internasional UNS secara khusus menggandeng SMA Pradita Dirgantara untuk mengulas tatanan baru kehidupan masyarakat yang diprediksi akan berubah pascapandemi Corona virus (Covid-19) berakhir.
Webinar tersebut menghadirkan dua pembicara utama yakni Candra Chahyadi dari Eastern Illinois University, Amerika Serikat, dan Ruth Tacneng dari Universite de Limoges, Perancis. Webinar juga dihadiri oleh Rektor UNS Jamal Wiwoho, Wakil Rektor bidang Perencanaan dan Kerjasama UNS Sajidan, Kepala UPT Layanan Internasional UNS Irwan Trinugroho, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Perancis Warsito, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Amerika Serikat Popy Rufaidah dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Fadjar Prasetyo.
Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan drastis dalam semua aspek kehidupan masyarakat. Perubahan drastis dalam kehidupan masyarakat mengakibatkan timbulnya kesadaran orang untuk mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, dan tetap berada di rumah menjadi lebih tinggi.
Sebagai pucuk pimpinan pada satuan TNI AU, Fadjar menegaskan, dilihat dari perspektif pertahanan dan keamanan selama pandemi Covid-19, TNI AU siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan negara untuk mendukung pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Pembicara pertama, Candra Chahyadi, menyampaikan materinya yang berjudul The Future of Higher Education Industry 4.0. Sebagai WNI yang menjadi pengajar di Negeri Paman Sam, dia menjelaskan mengenai lima poin utama yang menjadi landasan bagi ranah pendidikan tinggi dalam menyikapi revolusi industri 4.0. Di antaranya, tingginya kesempatan untuk bersekolah, banyaknya alternatif spesialisasi, berkurangnya interaksi manusia, tingginya lingkungan yang kompetitif, dan homogenitas SDM.
Dia mengatakan, sejak pandemi Covid-19 melanda, meski ada yang melakukan lockdown, awalnya orang-orang menjadi senang karena mereka dapat terhubung satu sama lain dengan fasilitas telekonferen, seperti Zoom meeting. Tapi sekarang tidak, orang menjadi bosan dengan Zoom meeting.
"Di masa depan, pendidikan tinggi diprediksi dengan kelas daring. Tapi saya tidak begitu yakin harus dilakukan dengan full daring, karena banyak orang yang merasa kelas tatap muka lebih baik ketimbang kelas online," paparnya seperti tertulis dalam siaran pers, Jumat (22/5).
Menurutnya, meski di satu sisi masih banyak orang yang memilih pembelajaran secara tatap muka, namun di sisi lain dia melihat ongkos yang dikeluarkan dalam pembelajaran daring lebih hemat daripada pembelajaran tatap muka yang lebih mahal 75 persen hingga 100 persen. Pelajar juga akan dimudahkan sebab mereka tidak perlu lagi pergi ke luar negeri bersekolah/ berkuliah karena semuanya dapat diakses dengan mudah secara daring.
Sementara itu, Ruth Tacneng, menyatakan, pembelajaran secara daring perlu didukung dengan infrastruktur jaringan yang memadai, seperti ketersediaan dan keterjangkauan sinyal internet. Ruth mengatakan, selama pandemi Covid-19 melanda dunia, terjadi peningkatan media digital secara signifikan. Hal itu dia amati dari intensitas penggunaan internet di berbagai negara di dunia, seperti di Indonesia, Lithuania, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat.
Selain itu, untuk memajukan pembelajaran daring juga perlu didukung dengan penggunaan data sains seperti machine learning dan artifial intelligence. Ruth menambahkan, di masa depan tidak menutup kemungkinan pembelajaran akan dikombinasikan, baik pembelajaran secara tatap muka maupun pembelajaran daring.
"Nantinya akan muncul sistem pembelajaran yang disebut dengan blended learning, yaitu kombinasi antara pembelajaran online dan pembalajaran di dalam kelas," ujar Ruth.