REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebuah gereja di ibu kota Berlin, Jerman, yang berdekatan dengan masjid berubah menjadi tempat sholat Jumat bagi umat Muslim. Langkah itu, sebagai upaya solidaritas bersama untuk mematuhi pedoman jaga jarak secara fisik.
Pemeritah Jerman diketahui membuka tempat ibadah setelah membuka kebijakan karantina wilayah (lockdown). Meskipun telah dibuka, Jerman mengharuskan jamaah menjaga jarak satu sama lain minimal 1,5 meter untuk mencegah persebaran Covid-19.
Jarak itu mengakibatkan Masjid Dar Assalam di distrik Neukoelln di Berlin, yang mulanya dapat menampung ratusan jamaah hanya dapat menampung 50 jamaah pada saat sholat Jumat. Gereja Martha Lutheran yang berdekatan dengan masjid mengulurkan bantuan untuk menjadi tempat ibadah bagi para Muslim.
"Hal ini terjadi karena solidaritas. Gereja melihat bagaimana umat Islam menderita dan bertanya kepada kami: 'Apakah Anda perlu ruang untuk berdoa?' Itu adalah tanda solidaritas yang luar biasa di masa-masa ini," kata Imam Masjid Dar Assalam, Mohamed Taha Sabry, seperti dikutip dari Aljazirah, Sabtu (23/5).
"Pandemi ini telah membuat kita menjadi sebuah komunitas. Krisis menyatukan orang-orang," kata Mohamed Taha Sabry.
Di hadapan cermin yang menjadi simbol keperawanan Bunda Maria, Mohamed Taha Sabry menjadi imam sholat Jumat. Samer Hamdoun, salah seorang jamaah mengungkapkan, harus menyesuaikan diri untuk beribadah di gereja. Pasalnya, banyak lukisan atau sesuatu yang tidak biasa dilihat di masjid.
""Tapi ketika kamu melihat, ketika kamu melupakan detail kecil, ini adalah Rumah Tuhan pada akhirnya," ujar Hamdoun.
Pendeta Gereja Martha Lutheran, Monika Matthias, merasa tersentuh dengan doa-doa yang dipanjatkan para Muslim. Dia mengatakan, juga berdoa sesuai keyakinannya.
"Aku berpidato dalam bahasa Jerman. Dan selama berdoa, aku hanya bisa mengatakan ya, ya, ya, karena kami memiliki keprihatinan yang sama dan kami ingin belajar darimu. Dan indah rasanya saling merasakan satu sama lain," kata Monika Matthias.
Monika mengatakan saling bekerja sama adalah keputusan komunitas untuk melakukan yang terbaik pada saat Covid-19. Monika menjelaskan, kerja sama dengan mempergunakan tempat ibadah bisa saja terus berlanjut.
"Saya pikir mengenal satu sama lain dan apa yang telah kita alami bersama saat ini memperkuat untuk apa pun yang mungkin terbentang di depan," ujar dia.