REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Rendang merupakan salah satu makanan berbahan dasar daging yang terkenal di Indonesia, khususnya di Sumatra Barat. Cara memasak rendang juga dikenal membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai kesempurnaan rasanya.
Namun, jika terlalu lama dihangatkan, apakah bisa memengaruhi kandungan gizinya? Pada 2018 lalu, hasil penelitian guru besar Universitas Andalas (Unand) Padang menemukan fakta bahwa nutrisi yang terkandung di dalamnya masakan rendang itu tetap terjaga. Meski, makanan khas Sumatera Barat itu dimasak dalam waktu lama.
"Selama ini memasak rendang selalu dilakukan dalam waktu lama hingga berwarna coklat kehitaman,'' kata Guru Besar Unand Padang, Prof Fauzan Azima di Padang waktu itu.
"Yang menjadi tanda tanya apakah nutrisinya berkurang dan berpengaruh bagi kesehatan saat dikonsumsi? Ternyata tidak," katanya.
Prof Fauzan menyampaikan hal itu pada orasi ilmiah pengukuhan guru besar tetap dalam Ilmu Kimia Hasil Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian Unand. Ia mengambil temanya "Prospek Pengembangan Sumber Daya Lokal sebagai Pangan Fungsional dan Produk Lainnya".
Dalam pemaparannya, Fauzan menyampaikan telah meneliti sampel rendang dari seluruh wilayah yang ada di Sumatera Barat. Ternyata berbagai pertanyaan yang mengemuka soal rendang itu bisa terjawab.
Ia mengatakan rendang dihasilkan dari daging dan santan serta bumbu rempah yang dimasak dengan suhu tinggi dalam waktu lama. Kemudian timbul pertanyaan apakah mungkin terbentuk senyawa berbahaya dan warnanya yang coklat kehitaman itu membahayakan kesehatan.
''Ternyata ketika dilakukan pengamatan saat memasak rendang 30 menit pertama dari daging menjadi gulai, terjadi peningkatan daya cerna protein dari 87,58 persen menjadi 91,51 persen," ujar dia.
Kemudian, pada pemanasan selanjutnya hingga berubah wujud menjadi kalio, daya cerna protein turun menjadi 90,31 persen. Saat terbentuk menjadi rendang basah, daya cerna proteinnya turun menjadi 88,59 persen. Dan, daya cerna protein menjadi 86,39 persen saat jadi rendang kering berwarna hitam.
"Artinya daya cerna protein rendang hanya turun satu persen dibandingkan saat masih berbentuk daging yang belum dimasak,'' katanya. ''Artinya, proses memasak yang lama tidak merusak nilai gizi yang terkandung.''
Tidak hanya itu, selama proses pemasakan terungkap tidak terbentuk angka peroksida. Asam lemak trans berada pada angka 0,00 persen. Selain itu, protein rendang yang dimasak pada suhu di atas 80 derajat celcius mengalami denaturasi sehingga terjadi penguraian protein menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna.
Ia juga mengungkap rendang yang disimpan dalam aluminium foil kedap lebih tahan dibanding wadah gelas, botol plastik maupun kantong plastik.