REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebuah gereja di Berlin membuka pintunya bagi jamaah Muslim di wilayah tersebut yang tidak berkesampatan masuk ke dalam masjid, akibat aturan jaga jarak sosial. Di lansir di The News, Jerman mengizinkan layanan keagamaan kembali dibuka pada 4 Mei. Namun, jamaah yang datang harus tetap menjaga jarak sejauh 1,5 meter.
Akibat aturan tersebut, Masjid Dar Assalam di distrik Neukölln kota hanya bisa menampung sebagian kecil dari jamaahnya. Melihat kondisi tersebut, Gereja Martha Lutheran di Kreuzberg menawarkan bantuan. Mereka mengizinkan umat Muslim menjalankan shalat Jumat di akhir Ramadhan.
Sepanjang bulan Ramadhan, umat Islam tidak makan, minum, merokok, dan berhubungan badan suami-istri sejak subuh hingga petang. Biasanya, keluarga dan teman-teman akan berkumpul untuk berbuka puasa dan melaksanakan shalat bersama.
Namun di Berlin, seperti di negara-negara lain di seluruh dunia, menyebarnya virus Covid-19 berpengaruh pada perayaan Ramadhan tahun ini. "Uluran tangan dari pihak gereja adalah pertanda bagus dan membawa sukacita di bulan Ramadhan dan di tengah krisis ini," kata Imam Masjid Dar Assalam dikutip di The News, Ahad (24/5).
Pandemi disebut telah membuat warga di wilayah tersebut menjadi sebuah komunitas yang erat. Krisis menyatukan orang-orang di sana.
"Ada perasaan yang aneh beribadah di gereja, karena ada gambar dan alat musik. Tapi jika diperhatikan lebih jauh, melupakan detail-detail kecil, ini adalah rumah Tuhan juga," ucap salah satu aggota jamaah, Samer Hamdoun.
Pendeta Gereja Martha Lutheran bahkan disebut memberikan petuah. Pendeta Monika Matthias memberikan pidato dalam bahasa Jerman.
"Selama mereka berdoa, aku hanya bisa mengatakan "ya, ya, ya", karena kami memiliki keprihatinan yang sama dan ingin belajar dari mereka. Dan indah rasanya saling merasakan satu sama lain," ucap dia.