REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, Prof Dr H Sagaf S Pettalongi menjelaskan, puasa selama Ramadhan berdampak pada lahirnya kebersamaan umat untuk membangun peradaban manusia dan bangsa. Kebersamaan ini didasari pemahaman dan perilaku yang moderat.
"Mari kita rawat jiwa fitrah itu agar tetap bening di hati dan indah dalam perbuatan," ucap Prof Dr Sagaf Pettalongidi Palu, Ahad (24/5).
Setelah Ramadhan dan Idul Fitri, kata dia, umat Islam di negeri ini dapat menyebarkan energi positif dalam membangun keadaban diri. Mereka juga bisa berkontribusi membangun peradaban manusia didasari pikiran dan perilaku yang moderat.
"Kita bangun perilaku individu dan sosial yang membuahkan kebaikan, kedamaian, permaafan, ketulusan, solidaritas sosial, serta hubungan antarsesama yang saling menebarkan keadilan dan kebaikan," ujarnya.
Nilai-nilai kasih sayang, persaudaraan, dan sopan santun yang selama ini menjadi karakter bangsa dinilai sedikit mengalami penurunan kualitas. Penyebabnya, ujar dia, karakter itu terkalahkan oleh hasrat rebutan kepentingan dan perangai menerabas yang sebagian besar diunggah lewat media sosial.
Setelah Ramadhan dan Idul Fitri ini, dia menilai, perlu dikembangkan kembali keadaban perilaku dan relasi sosial yang serba utama, yang membawa kebajikan hidup untuk diri dan lingkungannya.
Keadaban itu, menurut dia, yaitu keadaban yang berbasis al-akhlaq al-karimah yang mengedepankan sikap hidup yang benar, baik, berdasarkan nilai-nilai luhur agama dan kearifan budaya bangsa. Serta menjauhi perilaku yang salah dan buruk.
"Manusia beriman pascapuasa dan Idul Fitri harus berhasil menampilkan perilaku mulia. Mulia dalam berpikir, mulia dalam berkata, mulia dalam bersikap, dan mulia dalam bertindak, baik untuk diri sendiri maupun untuk sesama dan lingkungan masyarakat," ujar dia.
Prof Sagaf yang juga Wakil Ketua Umum MUI Sulteng menjelaskan, puasa sebulan penuh pada Ramadhan adalah sarana pendidikan, sekolah dan madrasah bagi umat Islam dalam mendidik manusia untuk taat dan tunduk terhadap segala ajaran yang dibawah oleh Rasulullah SAW. Nilai-nilai ajaran Islam harus bisa tergambarkan kedalam setiap pribadi Muslim.
"Puasa harus mampu bermakna kontekstual, yakni nilai-nilainya tidak hanya terjadi pada bulan Ramadhan tetapi juga di luar Ramadhan, sehingga seolah-olah kita terus berpuasa ramadhan selama setahun berjalan," ungkap dia.
Dia mengutarakan nilai edukasi ramadhan harus terus dibingkai sehingga menjadi cerminan kehidupan keluarga, lingkungan dan masyarakat bangsa Indonesia. Oleh karenanya pendalaman nilai-nilai pendidikan agama perlu dioptimaalkan bagi kita semua khususnya bagi generasi muda, dan para pelajar Islam.