Ahad 24 May 2020 18:58 WIB

Dokter Muslim di Malaysia Rayakan Idul Fitri di Rumah Sakit

Dokter Malaysia habiskan waktu di RS saat Idul Fitri mengurus pasien Covid-19.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nora Azizah
dr Muhammad Syahidd Al Hatim bertugas di UGD Rumah Sakit Kuala Lumpur tempatnya bertugas.
Foto: Lim Huey Teng/Reuters
dr Muhammad Syahidd Al Hatim bertugas di UGD Rumah Sakit Kuala Lumpur tempatnya bertugas.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Terbiasa jauh dari keluarga di kala Idul Fitri, sudah menjadi kebiasaannya dalam dua tahun ini. Namun berbeda dengan tahun ini, seorang dokter di Malaysia, Muhammad Syahidd Al-Hatim kini menghabiskan waktu libur Idul fitri di rumah sakit Kuala Lumpur mengurus pasien Covid-19.

Pria berusia 26 tahun itu mengatakan, Idul Fitri tahun ini menjadi urusan yang lebih suram bagi staf Muslim di Rumah Sakit. Hal itu tidak lain karena pandemi yang telah menginfeksi 7.000 orang di ibu kota, termasuk 115 orang meninggal dunia karena Covid-19.

Baca Juga

"Menyedihkan karena beberapa teman saya mulai dari perawat staf, beberapa dokter senior mereka tidak berasal dari KL sendiri," ujar Muhammad Syahidd merujuk ke Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia.

"Biasanya, mereka akan kembali (ke kota asalnya) untuk menghabiskan waktu bersama keluarga mereka, dan mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan itu. Jadi ya, itu membawa suasana hati yang sedih ke area kerja," katanya menambahkan.

Malaysia yang mayoritas Muslim telah memberlakukan pembatasan yang luas pada gerakan rakyatnya sejak pertengahan Maret dalam upaya untuk membendung wabah virus. Meskipun beberapa pembatasan telah dilonggarkan bulan ini, perjalanan antar negara untuk alasan yang tidak penting masih dilarang. Namun banyak orang tidak dapat kembali ke kampung halaman mereka selama musim liburan Idul Fitri ini.

Muhammad Syahidd, yang bekerja di ruang gawat darurat, bertugas lagi pada Ahad yang bertepatan hari pertama Idul Fitri. Pekerjaannya di tengah kekhawatiran bahwa liburan akan menyebabkan lonjakan infeksi virus korona, sbeab lebih banyak orang berisiko melanggar langkah-langkah pembatasan untuk mengunjungi kerabat.

Dokter junior, yang tinggal bersama orang tuanya, telah diuji dan dikarantina dua kali setelah melakukan kontak dekat dengan pasien yang diduga telah terinfeksi virus. "Saya merawat pasien di sini. Lalu  saya mengembalikan penyakit pada orang tua saya, itu satu-satunya hal yang aku takuti," katanya.

Pandemi Covid-19 membawa kekhawatiran staf rumah sakit lebih dekat, dengan pekerja non-Muslim sering melindungi staf Muslim berbuka puasa saat matahari terbenam selama Ramadhan.

"Kami saling menjaga satu sama lain," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement