Ahad 24 May 2020 19:44 WIB

Pandemi, Kami Mengalahkanmu II: Shalat Id tak Terlupakan

Pandemi mengharuskan manusia untuk terus belajar dan bergerak menyesuaikan diri.

Shalat Idul Fitri di rumah. (Ilustrasi).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Shalat Idul Fitri di rumah. (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Lain dengan keluarga Ramon yang memiliki Jilan Egha Barry sebagai imam, Andi harus memimpin Shalat Idul Fitri seorang diri. Dia yang menjadi bilal, dia imam, dia juga yang khutbah.

                              

Maklum, dua anaknya perempuan. Sedang si bungsu, baru berusia 2 tahun, tidak mungkin berbagi peran dalam menjalankan ibadah bersama.

Pandemi, Kami Mengalahkanmu I: Lahirnya Imam Muda

                              

Beberapa hari menjelang Lebaran, ia sibuk dengan gawai, mencari acuan tata cara melaksanakan Shalat Id yang baik. Ia pun berdiskusi dengan sejumlah ustadz, kenalannya.

                              

"Siap, siaplah. Harus siap," katanya sambil mengangguk-angguk.

                              

Maka Ahad pagi, setelah sajadah tergelar, Andi duduk bersila melafalkan takbir kemenangan, diikuti anggota keluarganya, dengan suara yang sayup-sayup. Tidak seperti suara takbir yang biasanya dikumandangkan di lapangan dan masjid pada Shalat Id di masa normal. Bergema bergemuruh.

                              

Meski begitu, tidak menurunkan kekhidmatan ibadah di rumah keluarga muda itu, yang tetap syahdu penuh keharuan.

                              

Hikmah

                              

Ini adalah pengalaman pertama mendirikan Shalat Id sendiri yang akan tidak akan terlupakan. Bukan hanya bagi Ramon, Andi dan keluarganya, tentunya bagi banyak keluarga Muslim lainnya.

                              

Pandemi tidak hanya memberikan kesempitan yang membuat sedih dan muram. Tapi pandemi mengharuskan manusia untuk terus belajar dan bergerak, menyesuaikan diri.

                              

Manusia tidak boleh kalah, lalu mati sunyi karena Covid-19. Sebaliknya, manusia bisa menjadikan pandemi sebagai bantu loncatan, menjadi manusia lebih baik.

                              

Seperti pada keluarga Ramon dan Andi. Bila sebelumnya mereka hanya menjadi orang dalam baris belakang, menjadi makmum dalam Shalat Id, kini mereka menyelenggarakannya sendiri di rumah. Mereka membekali diri dengan ilmu tata cara ibadah yang benar. Bahkan, mereka menjadi imam dan khatibnya.

                              

Mungkin sudah saatnya kita berhenti mengutuk pandemi, melainkan berterima kasih pada musibah sejuta hikmah ini. Terima kasih pandemi, kami menjadi manusia lebih baik. Dan, pandemi, kami akan mengalahkan mu!

                              

Sampai jumpa Lebaran tahun depan, saat masjid dan lapangan ramai, dan pandemi hilang dari bumi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement