Ahad 24 May 2020 23:40 WIB

Renungan untuk Orang Tua

Perilaku anak, bagaimanapun, mencerminkan cara orang tua dalam mendidiknya.

Anak belajar bersama orang tua di rumah (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Anak belajar bersama orang tua di rumah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam telah menunjukkan bagaimana idealnya hubungan antara orang tua dan anak. Di antaranya berkaitan dengan pentingnya keteladanan dan pendidikan dari orang tua kepada buah hatinya.

Cara mendidik anak dan perlakuan orang tua kepada anaknya akan memberi kesan yang kuat untuk membentuk karakter atau kepribadian anak ketika dewasa kelak.

Baca Juga

''Orang tualah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi'' (hadis Nabi SAW, riwayat Bukhari). Ya, cara orang tua dalam mendidik tecermin dalam cara anak tersebut memperlakukan orang tuanya.

Dengan kata lain, bila orang tua mengajari cara menghargai orang lain, maka anak akan berlatih menghargai manusia.

Misalnya, orang tua yang sering memberikan ungkapan kasar melihat anaknya melakukan kesalahan, seperti kata malas, nakal, dan bodoh. Kata-kata tersebut akan tertanam menjadi memori si anak sepanjang hidupnya. Dan, anak akan mewarisi untuk setiap kesalahan sama.

Dahulu, seorang laki-laki menghadap Umar bin Khatab mengadukan kedurhakaan anaknya.

Khalifah Umar kemudian memanggil anak yang dikatakan durhaka itu dan mengingatkan bahaya durhaka kepada orang tua. Ketika ditanya sebab kedurhakaannya, anak itu berkata, "Wahai Amirul Mukminin, tidaklah seorang anak mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh orang tuanya".

"Ya," jawab Khalifah.

"Apakah itu?"

"Ayah wajib memilihkan ibu yang baik buat anak-anaknya, memberi nama yang baik, dan mengajarinya Alquran."

''Wahai Amirul Mukminin, tidak satupun dari tiga perkara itu yang ditunaikan oleh ayahku. Ibuku Majusi, namaku Jaklan, dan aku tidak pernah diajar membaca Alquran walau satu huruf," jawab sang anak.

Umar kemudian menoleh kepada bapak itu dan berkata, "Kamu datang mengadukan kedurhakaan anakmu, ternyata kamu telah mendurhakainya sebelum ia mendurhakaimu. Kamu telah berbuat tidak baik terhadapnya sebelum dia tidak berbuat baik padanya.''

Kisah tersebut patut menjadi renungan bahwa sebelum menuntut kebaikan pada diri anak, hendaknya kita terlebih dahulu memberikan sesuatu yang terbaik buat anak, mengajari agama, memberikan makanan halal. Bila kemudian sudah telanjur melakukan kesalahan, dan anak berkeinginan memperbaiki diri dengan belajar agama, berikanlah motivasi. Dengan mendalami agama, anak akan mengerti hak dan kewajibannya.

sumber : Hikmah Republika oleh Aris Solikhah
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement