REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam kondisi krisis, mengelola keuangan keluarga diperlukan usaha yang lebih teliti. Dari segi cara pengelolaan, boleh dibilang tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi normal. Namun, pada masa krisis, salah satunya seperti pandemi Covid-19 saat ini, penting lebih memerhatikan kembali arus keuangan.
Dede Haris Sumarno, Direktur Investasi dan Kepesertaan di Dana Pensiun Syariah Muhammadiyah mengatakan, dari beberapa saran perencana keuangan, ada sejumlah poin yang bisa dilakukan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah buatlah pencatatan pengeluaran lebih terperinci.
Agar hidup lebih nyaman di saat krisis, mau tidak mau harus meningkatkan penghasilan. Jika tidak, bisa dengan cara yang kedua, mengencangkan ikat pinggang."Bahkan dalam kondisi krisis, perlu dilihat kembali catatan kebutuhan dan keinginan," ujar Dede dalam kuliah WhatsApp ke -10 yang diinisiasi PP Nasyiatul Aisyiyah.
Berikutnya, perhatikan juga hal-hal kecil. Sebut saja uang parkir, biaya transport, biaya transfer dan lainnya. Bahkan membeli air mineral kemasan pun jika dilakukan berulang-ulang akan menjadi perhatian di saat krisis.
Selain itu, cobalan untuk mengelola kebun, termasuk di lahan kecil. Sekadar membuat tumis sayuran dari kebun sendiri saja bisa membantu mengurangi pengeluran.
Mulailah menyiapkan dana darurat, tidak ada kata terlambat. Selama ini kadang banyak orang salah paham mengenai dana darurat. Banyak pemahaman pendapatan dikurangi konsumsi, akan menjadi tabungan. "Repotnya, jika konsumsi banyak, maka tidak ada yang tersisa. Maka sebaiknya segera sisihkan setelah punya penghasilan," lanjut Dede.
Konsumsi harusnya menyesuaikan dengan penghasilan setelah dikurangi tabungan. Terakhir, kita tetap perlu bersyukur kepada Allah SWT apa yang sudah didapat, sepahit apapun kondisi kita.