REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa memperingatkan bahwa pandemi corona di negaranya bisa semakin memburuk. Walau begitu, ia memilih melonggarkan lockdown di negaranya.
Sebanyak 22 ribu kasus corona sudah tercatat di Afrika Selatan pekan lalu. Dari jumlah itu, 429 penderita corona meninggal dunia. Jumlah itu diprediksi bakal bertambah.
Hanya saja, Ramaphosa dianggap tak responsif atas kondisi virus corona. Ia bersikukuh melonggarkan kebijakan lockdown yang mulai dilakukan pada 1 Juni nanti. Pelonggaran itu mencakup pencabutan jam malam, pembukaan sekolah dan tempat bisnis.
Keputusan yang dibuat Ramaphosa tersebut dinilai kontroversial. Padahal, ia baru saja mendatangi lokasi tambang emas di sekitar Johannesburg di mana 164 orang dites positif corona.
Diduga keputusan Ramaphosa diambil karena tekanan dari golongan pengusaha. Mereka mengeluhkan menurunnya perekonomian di sana. Pelonggaran lockdown ditarget bisa mendongkrak ekonomi lagi.