REPUBLIKA.CO.ID, Perusahaan-perusahaan farmasi terbesar di dunia pernah menolak proposal Uni Eropa mengenai pelacakan cepat vaksin untuk patogen seperti virus Corona. The Guardian melaporkan, proposal tersebut memungkinkan pengembangan vaksin sebelum terjadinya wabah seperti sekarang ini.
Rencana untuk mempercepat pengembangan dan persetujuan vaksin diajukan oleh perwakilan komisi Eropa yang duduk di Innovative Medicines Initiative (IMI) - kemitraan publik-swasta yang fungsinya mendukung penelitian mutakhir di Eropa. Proposal tersebut ditolak oleh mitra industri di dalam IMI.
Perwakilan Komisi Uni Eropa tersebut mengungkapkan, adanya penelitian dapat memfasilitasi pengembangan dan pengaturan vaksin terhadap patogen prioritas sejauh mungkin sebelum wabah yang sebenarnya terjadi. Meski demikian, perusahaan-perusahaan farmasi di IMI tidak menerima gagasan itu.
Usulan tersebut terkandung dalam sebuah risalah yang diterbitkan oleh Corporate Observatory Europe (COE), pusat penelitian yang berbasis di Brussels. COE memeriksa keputusan-keputusan IMI yang memiliki anggaran 5 miliar Euro (4,5 miliar Pound Sterling). IMI mendapat sumber dana dari Uni Eropa. IMI juga mendapatkan kontribusi dalam bentuk barang dari badan pribadi dan sebagainya.