REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Para korban banjir di Kota Samarinda, Kalimantan Timur mulai mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka terpaksa mengungsi akibat ketinggian air yang makin naik dan sudah menggenangi rumah warga.
"Kemarin jalanan masih bisa dilalui kendaraan sepeda motor, tetapi saat ini sudah tidak bisa karena air semakin tinggi, dan kami khawatir ketinggian air makin bertambah, karena cuaca juga terlihat mendung dan bakal turun hujan," kata Sobirin warga kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Senin (25/5).
Ia mengaku telah memindahkan sejumlah perabotan dan kendaraannya ke tempat yang lebih aman dari banjir. "Untuk perabotan saya pindahkan ke lantai atas, tapi untuk kendaraan sudah saya pindahkan di ruko sekitar Jalan dr Sutomo," ujar dia.
Sementara itu, Nurhayati warga lainnya mengaku telah mengungsikan ibu dan anaknya ke tempat saudara yang tidak terdampak banjir. "Semuanya keluarga sudah mengungsi, paling nanti suami saya yang tinggal di sini untuk mengawasi barang yang masih tersisa di rumah," katanya.
Pantauan di lapangan, akses jalan dari Jalan dr Sutomo, tepatnya di simpang empat Lembuswana sudah ditutup total, karena ketinggian air sudah mencapai 80 sentimeter (cm). Kondisi yang sama juga terjadi di Perumahan Bengkuring, Kelurahan Samarinda Utara dan Perumahan Griya Mukti, Kelurahan Gunung Lingai dengan ketinggian air mencapai 80-90 cm. Warga yang tinggal di perumahan tersebut sudah mulai dievakuasi, khususnya yang sudah tua dan menderita sakit.
Kepala BPBD Samarinda Hendra mengatakan, saat ini sudah ada delapan kelurahan yang terdampak banjir yakni Kelurahan Pampang, Kelurahan Lempake, Sempaja Timur, Tanah Merah, Sungai Siring, Sempaja Utara, Sempaja Selatan, dan Sempaja Barat. "Total ada 74 RT, 1.671 rumah dan 4.076 jiwa yang terdampak banjir tahun ini," kata Hendra.