REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Suku Dinas Pertamanan dan Kehutanan Jakarta Pusat Mila Ananda mengaku banyak warga yang menggunakan jalan tikus agar dapat berziarah di sejumlah TPU yang ada di Kota Jakarta Pusat. Masyarakat melakukan itu untuk menyiasati larangan berziarah selama pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Warga kita itu bandel banget dibilangin. Kita sudah kerahkan petugas penjaga didampingi aparat TNI dari garnisun untuk mendampingi petugas kami. Tetap saja mereka menerobos masuk ke dalam TPU," kata Mila saat dihubungi, Senin (25/5).
Mila mengatakan, warga memanfaatkan jalan tikus melalui pintu kecil yang berbatasan langsung antara TPU dan permukiman yang ada di sekitar kawasan makam. Lebih lanjut, Mila mengeklaim, pihaknya sudah mencoba menutup jalur tikus itu, tetapi ditentang oleh warga sekitar yang terbiasa menggunakan pintu kecil itu untuk beraktivitas.
Sudin Pertamanan dan Kehutanan Jakarta Pusat tak kehilangan akal dengan menempatkan petugas berkostum APD (alat pelindung diri) yang identik dengan penanganan Covid-19 hingga menaruh peti mati untuk mencegah kerumunan peziarah datang ke TPU. Meski tenaga pencegahan sudah dikeluarkan, tampaknya hal itu tetap tidak berpengaruh dan tetap saja warga ingin melakukan ziarah di tengah PSBB.
"Pasang spanduk larangan, sudah. Pasang peti mati serta petugas pakai APD lengkap juga sudah. Tapi, tetap saja ini peziarah susah sekali dibilangin. Ya ini mungkin karena sudah tradisi sehingga mereka tetap datang," kata Mila.
Mila menyayangkan juga munculnya peziarah justru meningkatkan aktivitas lainnya seperti pedagang musiman yang menambah kerumunan di TPU-TPU yang sebenarnya sudah ditutup, baik oleh pengelola maupun Sudin Pertaman dan Kehutanan Jakarta Pusat. "Kalau kondisi normal tidak masalah warga mau ziarah, ini lagi ada wabah virus. Apalagi, penderita virus ini terus naik," kata Mila.