Senin 25 May 2020 19:23 WIB

Bersilaturahim di Hari Kemenangan dengan Opor Hingga Rendang

Masyarakat mempunyai cara tersendiri untuk menjaga silaturahim.

Ketupat dan opor ayam, hidangan khas Lebaran.
Foto: dok Republika
Ketupat dan opor ayam, hidangan khas Lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Haura Hafizhah

Suasana berbeda menyelimuti Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah di tengah pandemi Covid-19. Masyarakat yang biasanya lakukan jabat tangan dan berpelukan hangat untuk memaafkan satu sama lain kini dipisahkan oleh jarak dan masker yang dipakai untuk mencegah Covid-19. Penerapan tersebut terjadi di salah satu perumahan Villa Japos, Jurang Mangu Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Di lingkungan perumahan ini tetap diadakan shalat Idul Fitri dan tetap diawasi oleh kepolisian. Shalat Idul Fitri berlangsung pada pukul 06.30 WIB sampai 07.00 WIB. Warga yang melakukan shalat Idul Fitri pun sedikit dari biasanya karena hanya memenuhi masjid saja, tidak sampai luar masjid seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Warga yang melaksanakan shalat Idul Fitri pun berjarak dan memakai masker. Sandal yang mereka bawa pun dibawa menggunakan plastik agar tidak terjadi kerumunan saat mengambil sandal. Setelah selesai shalat, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing tanpa bersentuhan antarwarga untuk silaturahim.

“Pulang dulu ya, Bu. Minal Aidzin,” kata seorang warga bernama Mulyati sambil mengangkat tangannya ke temannya.

Selama perjalanan pulang ke rumah tidak ada sama sekali warga yang keluar rumah untuk bersalaman. Kebiasaan masyarakat yang seharusnya bersilaturahim di hari itu menjadi berdiam diri di rumah berharap agar keadaan Covid-19 ini segera usai.

Walaupun begitu, mereka mempunyai cara tersendiri untuk menjaga silaturahim dengan mengirim makanan ke tetangga seperti ketupat, opor ayam dan rendang. Kebiasaan itu belum hilang di tengah pandemi seperti ini. 

Di perumahan ini juga hanya satu jalan yang dibuka untuk pintu keluar dan masuk. Penjagaan aparat keamanan juga diperketat. Sehingga tidak ada sanak saudara yang mengunjungi saudaranya di perumahan ini.

Selama hari pertama lebaran, suasana di lingkungan perumahan ini sunyi. Hanya ada suara musik, tawa dan aroma bau masakan dari masing-masing rumah. Seperti hari-hari biasanya, padahal hari itu hari kemenangan umat Islam setelah menjalani puasa selama 30 hari.

Salah satu warga bernama Ani (30 tahun) mengatakan, pandemi Covid-19 ini membuat Hari Raya Idul Fitri menjadi hari kemenangan yang penuh dengan kesunyian dan tidak bisa mengunjungi sanak saudara di kampung halaman.

“Saya tidak mudik karena ingin pandemi ini cepat usai. Walaupun rindu dengan saudara saya di Solo tapi saya tidak mau egois. Kalaupun cepat selesai kan cepat bagus,” katanya.

Kemudian, hari kedua lebaran (25/5) suasana di lingkungan perumahan ini biasa saja. Bahkan, pada pagi hari warga berolahraga lari berkeliling perumahan. Tukang sayur dan tukang makanan keliling tidak beroperasi untuk berdagang. Sehingga suasana terasa hening.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement