REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Palestina memutuskan untuk melonggarkan karantina wilayah atau lockdown di Tepi Barat yang diduduki Israel, Senin (25/5) waktu setempat. Hal ini disampaikan Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh sebagaimana dilansir Asharq Al-Awsat, Selasa (26/5).
Dalam laporan tersebut, Shtayyeh mengatakan tempat-tempat ibadah seperti masjid, gereja, dan pusat bisnis di Tepi Barat dibuka kembali pada Selasa ini. Menurut dia, sekarang adalah saatnya bagi mereka untuk kembali pada kehidupan yang normal.
Sebab, lanjut Shtayyeh, laju kasus infeksi Covid-19 di sana mengalami perlambatan. Meski begitu dia menyampaikan bahwa pelonggaran tersebut tetap dilakukan dengan hati-hati. "Dengan hati-hati, mengembalikan kehidupan menjadi normal," kata Shtayyeh.
Pembukaan kembali rumah-rumah ibadah, toko, dan pabrik pada Selasa (26/5) waktu setempat itu akan bertepatan dengan hari terakhir liburan Hari Raya Idul Fitri yang menandai akhir bulan Ramadhan. Tak hanya tempat tersebut, kantor-kantor pemerintah juga akan dibuka kembali.
Shtayyeh mengungkapkan, kantor pemerintah maupun kementerian mulai dibuka pada Rabu (27/5) waktu setempat. Bahkan, pos-pos pemeriksaan yang sebelumnya dibuat untuk membatasi pergerakan lalu-lintas antara kota-kota Tepi Barat juga akan ditiadakan.
Pada Maret lalu, Otoritas Palestina mengumumkan darurat kesehatan dan saat itu juga memberlakukan lockdown setelah kasus pertama virus corona dikonfirmasi di kota Betlehem, Tepi Barat. Sejauh ini Kementerian Kesehatan Palestina telah mengonfirmasi 423 kasus virus corona baru di Tepi Barat dan dua kematian.
Krisis kesehatan itu telah menyebabkan pendapatan komersial di Tepi Barat menurun 50 persen. Ini membuat kondisi ekonomi setempat kian tertekan mengingat sebelumnya sudah terjadi krisis ekonomi dengan angka pengangguran berada pada 17,6 persen. Sementara 54 kasus virus corona dan satu kematian telah tercatat di Jalur Gaza yang dikelola Hamas.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook