REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah AS mengeluarkan kebijakan untuk membatasi pengeboran lepas pantai di teluk meksiko. Kebijakan ini tak disambut baik oleh industri pengeboran karena akan membuat mereka tertekan.
Kelompok industri pengeboral lepas pantai (Offshore Drilling) melihat jika kebijakan ini diteruskan maka akan membuat banyak industri drilling gulung tikar dan membuat ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan.
Asosiasi Industri Kelautan Nasional (NOIA) yang bermarkas di Washington muncul ketika Biden dan Demokrat lainnya yang berharap dapat menggulingkan Presiden Republik Donald Trump dalam pemilihan November telah bersumpah untuk menggeser negara itu menjauh dari bahan bakar fosil yang menghangatkan planet untuk membantu mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.
"Penting bagi publik dan pembuat kebijakan untuk memahami dampaknya, yang sangat parah," kata Presiden NOIA Erik Milito seperti dilansir dari Reuters, Selasa (26/5).
Biden mengatakan bahwa beralih dari bahan bakar fosil akan membuka jalan bagi perolehan pekerjaan besar dalam energi terbarukan. NOIA mengatakan telah melakukan penelitian tentang dampak ekonomi dari larangan pengeboran di luar negeri, dan menganalisis dua skenario: satu dengan asumsi tidak ada sewa baru, dan yang lain dengan asumsi tidak ada izin pengeboran baru yang dikeluarkan mulai tahun 2022.
Jika tidak ada izin baru yang dikeluarkan, industri lepas pantai akan memiliki 179.000 pekerjaan pada tahun 2040, kurang dari setengah dari 370.000 pekerjaan yang diproyeksikan akan didukung berdasarkan kebijakan saat ini, kata laporan itu.
"Pendapatan pemerintah dari industri, sementara itu, akan menjadi 2,7 miliar dolar per tahun, bukan 7 miliar dolar," katanya.