REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Uang membuat roda perekonomian dunia berputar. Demikian juga dalam industri perfilman Hollywood. Tak peduli seberapa besar film itu jika kehabisan anggaran maka harus mencari dana tambahan atau berimprovisasi. Dilansir di Yahoo Movies UK, ada 10 film yang mengalami masalah kas darurat sehingga perlu melakukan jalan pintas. Berikut daftarnya:
1. Monty Python and the Holy Grail (1975)
Berikut ini contoh bagaimana menghindari masalah uang dan mengikuti arus. Python yang merupakan grup komedi asal Inggris selalu memiliki masalah dalam mendanai proyek mereka. Tak terkecuali untuk proyek film Monty Python and the Holy Grail ini. Film itu seharusnya berakhir dengan adegan pertempuran besar antara para ksatria Raja Arthur dan pasukan Prancis yang keji. Namun, tim produksi kehabisan uang.
Adegan tersebut pun ditiadakan. Solusinya? Ketika adegan pengepungan segera dimulai, polisi modern memasuki lokasi dan menghentikan produksi. Sang polisi menyelidiki pembunuhan sejarawan terkenal, Frank,di awal film. Semua orang ditangkap dan film pun selesai. Tim mengakhiri film secara instan, bahkan tidak ada kredit penutupan.
2. Kill Bill Vol. 2 (2004)
Awalnya, kisah Kill Bill memiliki akhir yang jauh lebih megah. Rencanaya, The Bride mengenakan gaun pengantinnya dan Bill menggodanya dalam pertarungan pedang di pantai di bawah sinar bulan. Produser Harvey Weinstein menyarankan sang sutradara film, Quentin Tarantino, memotong adegan tersebut karena anggaran sudah habis.
Alih-alih lebih banyak pertarungan Hattori Hanzo, film diakhiri dengan stop-and-chat. Mungkin, Harvey Weinstein akan mendapat untung dengan membagi Kill Bill menjadi dua film terpisah. Sayangnya, Harvey Weinstein tidak pernah cukup untung.
3. "If…" (1968)
Pada tahun 1968, sutradara Lindsay Anderson disebut jahat dan sesat pada zamannya. Satu-satunya hal yang sedikit janggal adalah ketika Anderson mengubah film yang tadinya penuh warna menjadi hitam putih di pertengahan hingga akhir film. Ada beberapa dugaan atas karyanya itu. Pertama, itu sengaja dilakukan Anderson untuk 'mengacaukan' penonton. Atau kedua, mereka memangkas biaya karena proyek tersebut kehabisan uang.Tak masalah, karena keduanya adalah penjelasan yang bisa dipercaya. Film ini tetap klasik dari genre revolusioner.
4. Othello (1951)
Pembuat film yang baik tidak akan membiarkan uang membahayakan visi mereka. Orson Welles yang menyutradarai beberapa gambar cantik pada masanya, menghadapi dilema besar dengan Othello. Bahkan, dia harus mengambil peran dalam film-film seperti The Third Man dan Prince of Foxes untuk menambah pendanaan awal proses produksi. Welles sempat memohon, meminjam, dan mencuri kostum. Namun, ketika kostum film disita setelah tidak dibayar, dia harus kreatif. Welles memutuskan memindahkan tempat pembunuhan Rodrigo ke pemandian Turki. Tujuannya, agar dia bisa membuang kostum dan mengenakan pakaian berupa handuk.
5. Lord of The Rings (1978)
Ini merupakan salah satu tantangan terhadap kisah trilogi. Apalagi trilogi tersebut merupakan karya sastra yang cukup terkenal. Animator Ralph Bakshi terkejut ketika mendengar sutradara John Boorman berencana mereduksi novel karya JRR Tolkien ini menjadi satu film berdurasi 100 menit untuk film ketiga.
Bakshi memang mendapatkan hak untuk ketiga buku dari putri Tolkien. Sayangnya dia hanya mampu mengadaptasi dua buku pertama yakni Lord of the Rings: The Fellowship of The Ring dan Lord of the Rings: The Two Towers menjadi satu film berdurasi dua setengah jam. Tidak layak secara finansial untuk menangani film ke tiga, Lord of the Rings: Return of The King juga, karena teknik rotoscoping yang digunakan sangat mahal. Terlepas dari versi tertentu dari Disney's Fantasia, adaptasi milik Bakshi adalah film animasi terpanjang sepanjang masa.