REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membantu keberlangsungan pasar basah di Malang dalam menghadapi era new normal atau kenormalan baru di tengah pandemi Covid-19. Bank pelat merah tersebut menggandeng beberapa pihak untuk membantu memberdayakan pedagang pasar dengan menggunakan teknologi.
Direktur Bisnis Mikro Bank BRI Supari mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Koperindag) dan Kadin UMKM Kota Malang dalam Pengelolaan Penjualan Online dan Layanan Antar Pasar Rakyat.
Nantinya, sebanyak 27 pasar basah yang ada di seluruh Wilayah Kota Malang bisa memanfaatkan platform Solusi Transaksi Elektronik BRI (Stroberi) milik BRI dan jasa antar-jemput barang kepada pembeli.
“Perseroan akan terus memberikan inovasi baru sebagai komitmen mendukung pengembangan UMKM di Indonesia. Kami berharap aplikasi ini dapat terimplementasi ke seluruh pedagang pasar yang telah bekerja sama dengan BRI, sehingga dapat membantu pengelolaan administrasi keuangan mereka secara baik dan akuntabel," kata Supari dalam keterangan tulis, Selasa (26/5).
Stroberi merupakan layanan transaksi elektronik terpadu yang dikhususkan untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM secara berkesinambungan melalui layanan-layanan transaksi digital yang dapat menjawab berbagai permasalahan administrasi dan finansial di ekosistem UMKM.
Stroberi terdiri dari tiga layanan utama, yakni Stroberi Kasir untuk pengelolaan transaksi dan inventory management, Stroberi Tagihan untuk pengelolaan tagihan, dan Stroberi Order untuk pengelolaan sistem order dan pembayaran.
"Hingga minggu ke 2 Mei 2020, platform Stroberi Kasir sudah terpasang di lebih dari 9.000 pengguna. Sementara itu, Stroberi Tagihan sudah digunakan oleh lebih dari 450 user termasuk para pedagang pasar yang ada di Kota Malang,” ujar Supari.
BRI berencana menggarap seluruh pasar basah dengan platform Stroberi. Secara nasional, terdapat kurang lebih 14 ribu pasar yang di dalamnya banyak pelaku UMKM menggantungkan kehidupan di pasar-pasar tersebut.
Saat ini, rata-rata pasar masih bertransaksi memakai uang tunai yang rawan berbagai risiko kejahatan, seperti uang palsu hingga perampokan.