Rabu 27 May 2020 05:19 WIB

Anak Tenaga Medis Malaysia Dapat Perlakuan Diskiminatif?

Anak tenaga medis Malaysia dinilai mendapat perlakuan diskirimatif.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Tenaga medis. ilustrasi
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Tenaga medis. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR — Para profesional medis di Malaysia mengajukan keberatan atas kebijakan pemerintah yang dinilai diskrimnatf terhadap anak-anak dari para tenaga kesehatan di pusat pengasuhan anak. Presiden Asosiasi Medis Malaysia (MMA) Dr N. Ganabaskaran menyampaikan kritik atas prosedur operasi standar (SOP) terbaru untuk tempat tersebut, yang ditetapkan Kementerian Pengembangan Wanita, Keluarga dan Masyarakat negara itu.

Dilansir The Strait Times, dalam bagian 2.1.2 dari Lampiran 12 pedoman tersebut menyatakan anak-anak dari tenaga kesehatan berisiko tinggi terkena infeksi virus corona jenis baru (COVID-19). Karena itu, tempat paling aman bagi mereka dinilai adalah di rumah masing-masing. Jika harus dititipkan di pusat pengasuhan anak, maka ada pemisahan yang perlu dilakukan.

Baca Juga

"Tempat teraman untuk anak-anak ini harus dirawat di rumah. Namun, jika anak-anak garis depan harus dikirim ke pusat pengasuhan anak, mereka harus dipisahkan dari anak-anak lain," bunyi pedoman dari Kementerian Pengembangan Wanita, Keluarga dan Masyarakat Malaysia.

Pedoman tersebut direvisi pada 22 Mei dan diedarkan oleh petugas Departemen Kesejahteraan. Ganabaskaran mengatakan pedoman seperti itu tidak dapat diterima. Sebelumnya, surat yang ditulis oleh dokter spesialis anak Datuk Dr Amar Singh dan ditandatangani oleh sekitar 250 dokter anak lainnya menjelaskan SOP terbaru untuk pusat perawatan anak tersebut  sebagai "tamparan” bagi para tenaga medis yang telah bekerja keras melayani negara.

“Kementerian harus melindungi hak-hak semua anak dan orang tua mereka, tidak mengikis dan mengirim pesan non-inklusi dan segregasi,” jelas  pernyataan bersama dokter anak Malaysia.

Dalam sebuah jawaban, Menteri Pembangunan Perempuan, Keluarga dan Masyarakat Datuk Seri Rina Mohd Harun mengatakan SOP untuk pusat pengasuhan anak selama periode perintah kontrol gerakan bersyarat tunduk pada arahan Dewan Keamanan Nasional (MKN) dan saran dari Departemen Kesehatan (Depkes).  Ia menegaskan bahwa pedoman ini tak akan dikeluarkan tanpa saran dan referensi dari lembaga-lembaga tersebut.

"Kami menghargai pengorbanan mereka dan tidak ada diskriminasi. Karyawan Departemen Kesejahteraan Sosial juga bagian dari garis depan. Namun, saya menyambut setiap pandangan,"  kata Harun.

Harun menolak klaim bahwa SOP tersebut adalah bentuk diskriminasi terhadap anak-anak dari para tenaga medis yang berda di garis terdepan melawan pandemi COVID-19. Secara terpisah, direktur jenderal kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mengatakan pedoman itu dimaksudkan untuk memberikan perhatian khusus kepada anak-anak garis depan, dan tidak dilihat sebagai bentuk diskriminasi.

"Tidak ada diskriminasi atau batasan bagi mereka dalam mengirim anak-anak mereka ke pusat pengasuhan anak. Ini bukan pemisahan, tetapi untuk mengalokasikan tempat bagi mereka, itulah yang kami coba tekankan," jelas Hisham.

Dia mengatakan mereka berusaha untuk meminimalkan risiko sesuai dengan pedoman oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) atau CDC.

Hisham mengatakan ada delapan kelompok sasaran yang diidentifikasi dalam upaya untuk menyaring dan mengekang penyebaran COVID-19, salah satunya adalah petugas kesehatan. Ia menggarisbawahi bahwa kalangan ini juga selalu rentan terkena virus selain virus corona jenis baru.

"Mereka yang bekerja di rumah sakit terus-menerus diingatkan bahwa ketika pulang agar jangan langsung menyentuh anak-anak. Kita harus membersihkan diri terlebih dahulu karena memiliki risiko lebih tinggi untuk membawa virus," jelas Hisham.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement