REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga menilai warga pemudik yang hendak kembali ke DKI Jakarta dan sekitarnya harus melalui tes Covid-19. Dia menilai upaya ini sebagai cara memutus rantai penularan dari gelombang besar pemudik arus balik.
"Pemudik yang masuk Jakarta wajib mengikuti tes, jika positif langsung masuk isolasi di RSD Wisma Atlet Kemayoran," kata Nirwono Joga saat dihubungi Republika, Selasa (26/5).
Para pemudik yang kembali, kata Nirwono, juga harus dipastikan memiliki keahlian atau ketrampilan dan tempat kerja. Di samping itu, mereka harus punya tempat tinggal sementara atau tetap.
Ia mengatakan, persoalan urbanisasi terutama setelah lebaran sudah menjadi perkara klasik bagi Ibu Kota. Fenomena ini mulai terjadi di Jakarta sejak 1970an ketika pembangunan besar-besaran dilakukan di Jakarta.
"Sampai sekarang pembangunan masih terkonsentrasi di Jakarta sehingga masyarakat tetap akn menyerbu Jakarta, ada atau tidak ada pandemi Covid-19," ujar dia.
Untuk meminimalisasi penularan yang ditimbulkan pemudik arus balik, Ahli Epidemiologi FKM UI Pandu Riono menilai, langkah yang paling tepat adalah dengan melakukan screening tes pada para pemudik tersebut. Sebab, kembalinya mereka ke Ibu Kota akan sangat sulit dibendung.
Namun, Pandu sendiri pesimistis screening tes tersebut bisa terpenuhi. "Jadi harus ada investasi untuk melakukan screening dan PCR, jadi kita yakinkan, tapi kan sepertinya tidak dilakukan karena kapasitas testing kita sangat terbatas," ujar dia.
Pandu memprediksikan, jumlah yang kembali ke Ibu Kota akan lebih besar seperti tahun tahun sebelumnya. Biaasanya, pemudik arus balik akan membawa teman atau sanak saudaranya untuk mengadu nasib di Ibu Kota.
"Tadinya kan Jakarta sudah turun nih bagus nih, nanti jadi batal turun naik lagi, jadi seperti gelombang kedua, sudah turun akan naik lagi menjadi bukit," ujarnya menambahkan.