REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Karena mematuhi lockdown, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte tak mengunjungi ibunya selama delapan pekan, meski sang ibu sakit keras. Ia baru menemui sang ibu beberapa jam menjelang kepergiannya bulan ini.
"Perdana Menteri mematuhi semua larangan terkait virus corona dan tidak mengunjungi ibunya selama berminggu-minggu," demikian pernyataan yang disampaikan kantor perdana menteri pada Selasa (26/5). "Namun, aturan pelarangan masih memungkinkan sedikit kelonggaran untuk mengucapkan selamat berpisah kepada anggota keluarga yang sakit keras pada saat-saat terakhirnya dan PM berada di sisi ibunya pada malam terakhir (sebelum meninggal)."
Sang ibu, Mieke Rutte-Siling meninggal pada 13 Mei. Namun, detail keterangan ini menjadi perhatian publik setelah di Inggris muncul kontroversi tentang Dominic Cummings, penasihat utama Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Cummings mengajak istri dan anaknya bepergian sejauh 400 kilometer dari London ke Durham, tempat orang tuanya berada. Padahal, saat itu Inggris sedang memberlakukan lockdown. Cummings mengatakan, perjalanan itu diperlukan karena ia mungkin akan menitipkan sang anak kepada orang tua Cummings. Cummings dan istrinya memang diduga terinfeksi virus corona. Ia pun menggelar jumpa pers dan menyatakan tidak merasa menyesal atas tindakannya.
Namun, keputusannya bepergian saat lockdown memantik kemarahan di kalangan warga Inggris. Bahkan sejumlah anggota parlemen dari Partai Konservatif menuntut PM Johnson untuk mencopot Cummings.
Kecewa karena PM Johnson tidak tegas, seorang menteri yunior asal Skotlandia, Douglas Ross, menyatakan mundur. Ia mengatakan, kemundurannya adalah bentuk tanggung jawab untuk memprotes tindakan salah.