REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Imam Malik yang merupakan pendiri Mazhab Maliki, pernah hidup sezaman dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid, khalifah kelima dari kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Imam Malik tinggal di Kota Madinah sementara Harun Ar-Rasyid tinggal di pusat pemerintahan di Baghdad.
Suatu ketika, Harun Ar-Rasyid melaksanakan ibadah haji di Kota Makkah. Setelah menunaikan ibadah haji, dia mengunjungi Kota Madinah untuk menemui Imam Malik yang telah terkenal dengan kealimannya. Syekh Abdul Aziz Asy-Syinawi, penulis buku Biografis Empat Imam Mazhab terbitan Beirut Publishing, menuliskan kisah pertemuan Imam Malik dan Harun Ar-Rasyid tersebut.
Pertemuannya dimulai ketika Harun Ar-Rasyid mengirimkan utusan kepada Imam Malik untuk memanggil Imam Malik guna mendengarkan ilmunya. Akan tetapi, Imam Malik berkata kepada utusan Harun Ar-Rasyid "Katakanlah kepada Amirul Mukminin, sesungguhnya orang yang mencari ilmu harus mendatangi ilmu itu dan bukan ilmu yang mendatanginya."
Mendengar hal itu, Amirul Mukminin Khalifah Harun Ar-Rasyid mengalah dan mengunjungi Immam Malik di rumahnya. Namun, Harun Ar-Rasyid memerintahkan agar mengosongkan majelis dari orang-orang.
Akan tetapi, Imam Malik menolak kecuali jika orang-orang tetap berada pada posisinya semula. Beliau mengatakan, "Jika ilmu itu dihalangi dari manusia secara umum, maka tidak ada kebaikan padanya untuk orang yang khusus."
Imam Malik melihat posisi dirinya sebagai pengajar dan posisi Harun Ar-Rasyid sebagai murid. Beliau berpandangan, termasuk salah satu kerendahan bagi dirinya dan ilmunya jika ia mendatangi seorang murid dengan ilmunya.
Harun Ar-Rasyid menerimanya dengan penuh keridahaan, dan ia pun mendatangi Imam Malik.
Ketika Harun Ar-Rasyid hendak melanjutkan perjalanan, dia memberikan harta sebanyak 400 dinar kepada Imam Malik seraya berucap, "Wahai Abdu Abdillah ini adalah hadiah."
Imam Malik menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, saya tidak berhak mendapatkan sedekah dan tidak pula mendapatkan hadiah."
Harun Ar-Rasyid bertanya, "Mengapa engkau tidak mau menerima hadiah, sementara nabi saya menerima hadiah?"
Imam Malik menjawab, "Saya bukan nabi."