Rabu 27 May 2020 11:52 WIB

Kementan Ajak Petani Milenial Garap Pangan Lokal

Mentan ajak petani milenial gencar tanam produk lokal demi ketahanan pangan

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi pada acara Millenial Agriculture Forum (MAF) II secara virtual menyatakan saat ini Kementerian Pertanian mengajak para petani milenial untuk turut mendukung ketahanan pangan nasional.
Foto: BPPSDMP
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi pada acara Millenial Agriculture Forum (MAF) II secara virtual menyatakan saat ini Kementerian Pertanian mengajak para petani milenial untuk turut mendukung ketahanan pangan nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyediaan pangan sehat bergizi seimbang dan mudah didapatkan menjadi sebuah tantangan pembangunan pertanian terutama selama masa pandemi hingga berakhirnya covid-19. Untuk itu Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak seluruh petani terkhusus untuk petani milenial agar menggencarkan produksi pangan lokal di semua lahan yang bisa ditanami bahan pangan.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan pentingnya mempercepat tanam dan manfaatkan setiap jengkal lahan kosong untuk ditanami tanaman yang cepat panen di masa pandemi covid-19. 

“Di masa pandemi Covid-19 seperti ini ayo kita tingkatkan pemanfaatan setiap lahan untuk produksi sumber pangan. Bahkan di pekarangan rumah bisa ditanami tanaman pangan pengganti beras. Diversifikasi pangan agar masyarakat memiliki ketahanan pangan selain beras”, ungkap Mentan SYL.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi pada acara Millenial Agriculture Forum (MAF) II secara virtual, pada, Rabu (27/5) mengatakan saat ini akibat pandemi covid-19 negara pengekspor memberhentikan ekspor bahkan umumnya negara-negara tersebut protectif untuk mengamakan pangan bagi negaranya sendiri.

“Banyak sekali dampak akibat pandemi covid-19 ini salah satunya pada sistem ekonomi, ditambah lagi warning dan prediksi FAO akan ada beberapa negara yang mengalami krisis pangan dan kekeringan yang akan mengakibatkan produksi pangan terganggu. Namun Indonesia dapat mengantisipasi hal tersebut karena negara kita negara agraris dan potensi pertanian”, tutur Dedi. 

Lebih lanjut Dedi juga menjelaskan saat ini Kementerian Pertanian mengajak para petani milenial untuk turut mendukung ketahanan pangan nasional. Caranya, dengan memperkuat diversifikasi pangan lokal dan lakukan upaya nilai tambah dari produk pertanian.

“Dalam kondisi pandemi Covid-19, Indonesia dituntut untuk berdiri dengan hasil produksi sendiri. Karena impor sudah tidak mungkin lagi dilakukan. Kita harus memperkuat ketahanan pangan nasional, dan cara yang bisa ditempuh adalah memperkuat diversifikasi pangan lokal,” tutur Dedi.

Dijelaskannya, diversifikasi pangan lokal adalah produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu.

Umumnya, produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal, teknologi lokal, dan pengetahuan lokal pula. Pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya lokal setempat yang berasal dari dalam negeri.

Dedi juga menambahkan, agroekosistem Indonesia sangat mendukung bagi pengembangan komoditas pangan lokal sebagai sumber pangan alternatif maupun pangan utama. Selain itu, pangan lokal juga mudah dibudidayakan. Dan tiap daerah di Indonesia memiliki ragam pangan lokal yang khas

“Jenis pangan lokal sangat banyak dan beragam. Contohnya di pulau Sumatera dengan potensi tanah masam cocok pada tanaman ubi jalar, ubi kayu, jagung, pisang, labu kuning, sukun, dan masih banyak lagi. Sedangakan di wilayah timur dengan potensi lahan rawa yang cocok untuk bahan pangan sagu. Mulai sekarang kembangkan pangan lokal, lupakan impor apalagi dengan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR), petani milenial bisa mengembangkan diversifikasi pangan-pangan lokal ini,” ujar Dedi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement