REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organsation (WHO) disebut telah meminta Indonesia untuk menyetop penggunaan Klorokuin dan Hidroksiklorokuin sebagai salah satu obat Covid-19. Namun, hingga saat ini Indonesia masih menggunakan klorokuin.
Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan yang juga Juru Bicara Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Erlina Burhan mengatakan, hingga saat ini, Klorokuin masih digunakan di rumah sakit Indonesia sebagai opsi penanganan pasien Covid-19. "Kita masih pakai klorokuin kok," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (27/5).
Erlina yang juga tercatat sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu mengakui adanya studi atau penelitian dari WHO untuk menyetop penggunaan Klorokuin. "Kami ikut saja karena itu kan penelitian," kata dia.
Namun, Erlina mengatakan, terlepas dari penelitian itu, di Indonesia, Klorokuin masih digunakan. "Di luar penelitian kami masih memakainya untuk pasien karena di RS, (penggunaan Klorokuin) ke pasien diawasi ketat," ujar dia.
Hingga kini, tambah Erlina, pemerintah belum mengeluarkan instruksi untuk menghentikan penggunaan Klorokuin seperti yang direkomendasikan WHO pada Indonesia. "Tidak ada," kata dia.
Diketahui Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang menganjurkan pemakaian klorokuin sebagai obat pasien Covid-19. Pada Maret 2020, Presiden Jokowi menyatakan bahwa Indonesia telah memesan 3 juta klorokuin. Pemerintah juga telah mengeluarkan puluhan lisensi kepada manufaktur lokal untuk mempercepat produksi klorokuin di dalam negeri.