REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Jumlah kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat (AS) menembus lebih dari 100 ribu jiwa pada Rabu (27/5) waktu setempat. Angka ini sudah melebih prediksi Presiden Donald Trump yang mengatakan kematian akibat Covid-19 di seluruh negara bagian AS mencapai 100 ribu.
AS merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar ketiga di dunia. Negara yang dipimpin Donald Trump itu telah mencatat kematian Covid-19 paling tinggi daripada negara lain. Kasus infeksi positif di AS juga tercatat tertinggi dengan lebih dari 1,7 juta kasus. Sebagai catatan, seluruh dunia mencatat ada lebih dari 5,6 juta kasus Covid-19.
Menurut data Worldometers, jumlah kematian di AS kini 100.572 jiwa sementara jumlah kasus mendekati 1.725.275. Jumlah kasus baru menurun di 10 negara bagian AS dan tetap stabil di 22 negara. Namun infeksi terus meningkat di 18 negara bagian lain termasuk Georgia, Arkansas, Kalifornia, dan Alabama.
Bahkan ketika AS melebihi tonggak sejarah kematian 100 ribu Covid-19, Presiden Donald Trump terus menekan gubernur negara bagian untuk membuka kembali ekonomi mereka dan memungkinkan "transisi menuju kehebatan" yang telah ia adopsi sebagai slogan kampanye baru untuk melanjutkan dengan kecepatan penuh ke depan.
"Akan ada pasang surut. Tetapi tahun depan akan menjadi salah satu yang terbaik yang pernah ada!," kata Trump soal indeks pasar saham AS dikutip Aljazirah, Rabu.
Penilaian optimistis Trump terhadap situasi yang dihadapi AS terjadi setelah liburan akhir pekan Memorial Day yang panjang yang membuat orang Amerika di beberapa tempat menyingkirkan ketakutan mereka akan virus corona. Ini juga menandai awal tradisional musim panas seperti tahun-tahun sebelumnya. Banyak warga ke pantai, berkumpul memanggang barbekyu halaman belakang, dan bergabung ke kolam renang yang ramai.
Pejabat di semua 50 negara bagian AS telah melonggarkan pembatasan sebelumnya sampai batas tertentu. Bahkan di Kalifornia, dengan beberapa aturan penahanan virus corona yang paling ketat di negara itu, pejabat kesehatan masyarakat mengumumkan bahwa ritel dengan belanja di dalam toko dan tempat ibadah sekarang dapat dibuka.
Para pejabat kesehatan global mempringatkan bahwa dunia masih berada di tengah-tengah wabah. Hal ini tentu mengurangi harapan untuk pemulihan ekonomi global yang cepat dan perjalanan internasional yang baru.
"Saat ini, kami tidak berada dalam gelombang kedua. Kami tepat di tengah gelombang pertama secara global," kata Mike Ryan, direktur eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Kami masih sangat dalam fase di mana penyakit ini sebenarnya sedang dalam perjalanan," kata Ryan, menunjuk ke Amerika Selatan, Asia Selatan dan bagian lain dunia.