REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung menggulirkan Progam Sahabat Usaha Mikro Indonesia (UMI), dengan menyalurkan bantuan kepada usaha mikro di Lampung, Rabu (27/5). Program UMI tersebut untuk menggerakkan ekonomi keluarga dalam menghadapi era “New Normal” (normal baru).
Penyaluran bantuan usaha mikro mulai dilaksanakan di RT 005 Kampung Harapan Jaya Lingkungan II, Kelurahan Panjang Selatan, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung, Rabu (27/5). Keluarga Ibu Sriatun merupakan keluarga pertama yang mendapatkan bantuan Sahabat UMI.
Kepala Cabang ACT Lampung Dian Eka Darma Wahyuni mengatakan, peluncuran program Sahabat UMI menjadi cara untuk mendampingi para ibu berjuang untuk perekonomian keluarga di tengah pandemi Covid-19. Saat gelombang PHK maupun karyawan dirumahkan, kebangkitan perekonomian dimulai dari usaha mikro yang dimotori para ibu dengan berjualan kuliner dan kebutuhan pokok.
“Kami mulai luncurkan program ini dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk para UKM yang sudah mulai tumbuh, sehingga akan ada pergerakan ekonomi dari para keluarga yang terdampak pandemi corona,” kata Dian Eka Darma dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika, Rabu (27/5).
ACT Lampung bersama dermawan akan turut mendampingi mereka dalam memulai maupun mempertahankan usaha yang dijalankan dengan bantuan berupa modal dana dan teknis. Pihaknya mendorong para ibu memulai usaha dari apa yang menjadi kebiasaan sehari-hari. Misalnya sering membuat cemilan untuk anak-anaknya bisa inovasi lagi sehingga layak untuk ditawarkan kepada warga sekitar.
Konsep yang diusung dalam program Sahabat UMI adalah, satu bantu satu dimana setiap dermawan akan membantu satu usaha mikro. Sehingga selain ada rasa persaudaraan, support yang diberikan tidak terbatas pada pendanaan, namun bisa dalam bentuk bantuan peralatan, ilmu, teknologi, jaringan pemasaran dan lainnya.
Setiap ikan hasil tangkapan suami Sriatun, diolah menjadi ikan asin untuk kemudian dijual ke pengepul. Dengan kondisi laut yang sedang tidak menentu, hasil tangkapan yang didapat tidak terlalu banyak, sehingga olahan ikan asin sangat terbatas.
Dengan adanya bantuan modal sahabat UMI, Sriatun berharap dapat membeli bahan baku dari nelayan lain sehingga produksi ikan asin bisa bertambah. Tentunya hasil penjualan ikan asin akan mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari keluarga.
“Ya, suami yang menangkap di laut, dapatnya nggak banyak paling dapat satu dua nampan, ikan dibersihin, dicuci ditambah garam, dijemur bisa sehari sampai tiga hari. Kalau modalnya ada bisa banyak produksinya, beli bahan dari nelayan lain kan bisa bantu tetangga hasil tangkapanya jadi laku,” kata Sriatun.