REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pakar penyakit menular Korea Selatan (Korsel) mengatakan Negeri Ginseng mungkin perlu menerapkan kembali pembatasan sosial yang dilonggarkan sejak bulan April lalu. Sebab dalam beberapa pekan terakhir penularan virus corona mulai meningkat lagi di ibu kota Seoul yang padat penduduk dan wilayah lainnya.
Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korsel (KCDC) Jeong Eun-kyeong mengatakan saat ini semakin sulit petugas medis untuk melacak penularan Covid-19. Sebab, sejak cuaca mulai menghangat dan pembatasan sosial dilonggarkan aktivitas masyarakat di luar ruangan pun kian banyak.
Pada Rabu (27/5), Korsel melaporkan 40 kasus infeksi baru. Kenaikan tertinggi sejak satu bulan yang lalu. Pemerintah pun bergegas melacak ratusan penularan yang berhubungan dengan tempat hiburan malam, restoran, dan gudang e-commerce di Seoul.
"Kami akan melakukan yang terbaik dalam melacak kontak dan mengimplementasikan langkah pencegahan, tapi upaya-upaya itu ada batasannya, ada kebutuhan untuk memaksimalkan pembatasan sosial di tempat di mana virus tersebar, memaksa warga untuk menghindari fasilitas dan ruang-ruang yang padat pengunjung," kata Jeong, Rabu (27/5).
Pada awal Maret lalu, rata-rata Korsel melaporkan 500 kasus per hari. Tapi mereka berhasil mengendalikan wabah dengan metode pelacakan dan pemeriksaan yang agresif. Sehingga, pemerintah dapat melonggarkan pedoman pembatasan sosial dan bersiap untuk membuka kembali sekolah.
Namun, dalam beberapa pekan terakhir Seoul dan daerah sekitarnya kembali menutup ratusan bar, tempat karaoke, dan tempat hiburan lainnya. Sebab, kenaikan jumlah kasus berasal dari tempat-tempat hiburan malam di ibu kota.
Pihak berwenang pendidikan di Seoul mengatakan mereka menunda rencana kelas tatap muka di 111 sekolah. Tapi mereka tidak mengungkapkan berapa banyak siswa yang terdampak dari penundaan ini.