Rabu 27 May 2020 22:27 WIB

Keuntungan Sektor Industri China pada April Masih Turun

Laba perusahaan industri China turun 27,4 persen (yoy)

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Industri Cina
Foto: Xinhua
Industri Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Tingkat keuntungan di perusahaan industri China mengalami penurunan pada bulan lalu dengan laju yang lebih lambat. Perbaikan pada industri mobil dan elektronik membantu kinerja industri.

Tapi, kerusakan yang ditimbulkan oleh krisis pandemi Covid-19 menyebabkan industri yang diharapkan dapat menopang ekonomi mengalami tekanan tahun ini.

Baca Juga

Menurut rilis Biro Statistik Nasional yang dilansir di Reuters, Rabu (27/5), penghasilan perusahaan industri China pada April turun 4,3 persen dibandingkan April 2019 (year on year/yoy) menjadi 478,1 miliar yuan (67 miliar dolar AS). Pada Maret, tingkat penurunan yang dialami lebih dalam, yakni hingga anjlok 34,9 persen.

Penurunan pendapatan juga terlihat apabila melihat akumulasi periode Januari hingga April. Laba perusahaan industri turun 27,4 persen (yoy) menjadi 1,26 triliun yuan. Kinerja ini membaik dibandingkan penurunan 36,7 persen pada tiga bulan pertama.

Industri mobil, peralatan dengan tujuan khusus, mesin listrik dan elektronik mencatatkan pemulihan laba yang signifikan pada April. Sebanyak 23 dari 41 sektor yang disurvei mengalami pertumbuhan bulan lalu. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan Maret, di mana hanya delapan sektor tumbuh.

Kondisi berbeda terlihat pada perusahaan milik negara. Penghasilan mereka turun 46 persen (yoy) untuk empat bulan pertama, lebih cepat dibandingkan penurunan 45,5 persen pada periode Januari-Maret.

Louis Kuijs dari Oxford Economics mengatakan, tekanan terhadap harga terus mengurangi keuntungan perusahaan pelat merah. Khususnya di sektor komoditas dan industri berat yang didominasi perusahaan milik negara (BUMN).

"Mengingat prospek komoditas yang terus melemah, kami melihat profitabilitas BUMN dan industri berat harus terus berjuang dalam beberapa bulan mendatang," ujar Kuijs.

Ekonomi Cina telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang tidak merata seiring pembukaan kembali aktivitas ekonomi setelah beberapa pekan melakukan berbagai pembatasan. Tapi, dampak dari pandemi yang sudah melumpuhkan aktivitas bisnis dan memicu kontraksi ekonomi kuartal pertama diprediksi mengeruk pendapatan selama berbulan-bulan. Sebab, permintaan dalam dan luar negeri masih melemah.

Pejabat di Biro Statistik Nasional Zhu Hong menjelaskan, keseluruhan prospek laba industri masih belum menunjukkan optimisme karena permintaan yang belum pulih. Selain itu, harga barang industri tetap rendah, sementara tekanan biaya produksi masih tinggi.

Data terbaru dari aktivitas pabrik hingga perdagangan telah menggarisbawahi prospek yang lemah untuk Cina dan ekonomi global.

Analis Nomura mengatakan, kontrakasi berkelanjutan dalam profit industri dapat berdmapak ke banyak hal. Di antaranya memberikan beban lebih pada investasi manufaktur, lapangan kerja dan pendapatan fiskal. "Kami berharap, Beijing dapat meningkatkan langkah-langkah kebijakan stimulus untuk mengatasi guncangan Covid-19," tuturnya.

Pemerintah Beijing telah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki situasi ekonomi Cina. Di antaranya meningkatkan bantuan pajak dan kredit bagi perusahaan yang telah terhantam pandemi sejak Februari. Tapi, pemerintahan berupaya menahan diri mengeluarkan stimulus ekonomi besar-besaran karena takut meningkatkan risiko utang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement