REPUBLIKA.CO.ID, Mark Shaffer memutuskan menjadi Muslim sekitar delapan tahun lalu atau tepatnya pada 17 Oktober 2009. Ia berikrar syahadat saat berada di Arab Saudi.
Ketika itu, Mark sedang menghabiskan waktu liburan di negara petro dolar itu selama 10 hari dengan mengunjungi beberapa kota, seperti Riyadh, Abha, dan Jeddah. Selama kunjungan ini, ia tertarik dengan Islam dan mempelajarinya.
Mark adalah seorang jutawan terkenal sekaligus seorang pengacara di Los Angeles. Spesialisasi kasus yang ia tangani adalah seputar kasus di hukum perdata. Ia merupakan pemilik firma hukum The Shaffer Law Firm. Kasus besar terakhir yang ia tangani adalah kasus penyanyi pop terkenal Amerika, Michael Jackson, sepekan sebelum ia meninggal.
Perkenalan Mark tidak terlepas dari sentuhan pemandu wisata yang menemaninya selama di Arab Saudi. Dhawi Ben Nashir namanya. Menurut Nashir, sejak menginjakkan kaki pertama kali di Arab Saudi dan tinggal di Riyadh selama dua hari, Mark sudah mulai mengajukan pertanyaan soal Islam dan sholat. Dari hari ke hari selama perjalanan wisata, ketertarikan Mark kepada Islam semakin besar, terutama saat ia mengunjungi padang gurun pasir.
Saat berada di gurun gersang itu, Mark kagum melihat tiga pemuda Saudi yang melaksanakan sholat di atas bentangan padang pasir yang sangat luas. Baginya, hal tersebut merupakan pemandangan yang begitu fantastis.
Setelah dua hari di Al-Ula, Mark dan rombongan mengunjungi Al-Juf. Saat tiba di Al-Juf, Mark mulai berburu buku-buku Islam. Ia meminta Nashir memberikan beberapa buku Islam yang ia butuhkan.
Dengan penuh semangat, Mark membaca semua buku yang diberikan kepadanya. Keesokan paginya, Mark meminta kepada Nashir mengajarinya melakukan gerakan shalat. Nashir mengajari Mark bagaimana berdoa dan mengambil wudhu. Kemudian, ia mengikuti gerakan sholat Nashir.
Setelah sholat, Mark merasakan kedamaian dalam jiwanya. Kamis sore, Mark dan rombongan meninggalkan Al-Ula untuk mengunjungi Jeddah. Dalam perjalanan menuju Jeddah, Mark semakin tampak serius membaca buku-buku Islam.
Saat tiba di Jeddah, Mark mengunjungi kota tua Jeddah. Karena perjalanan bertepatan dengan hari Jumat, Nashir pemandu wisata Mark mohon izin melaksanakan sholat Jumat. Mark meminta Nashir kembali mengajaknya melaksanakan ibadah sholat. Mark ingin tahu bagaimana sholat Jumat dilaksanakan.
Kekaguman Mark kepada Islam semakin besar saat ia ikut serta dalam pelaksanaan sholat Jumat, yang diadakan di masjid dekat hotel ia menginap. Mark begitu kagum dengan banyaknya jamaah yang hadir hingga keluar masjid.
Ditambah lagi setelah sholat selesai dilaksanakan, masing-masing orang saling berjabat tangan dan berpelukan dengan wajah ramah. Baginya ini adalah hal yang begitu indah.
Selesai melaksanakan sholat Jumat, Mark kembali ke hotel. Tiba-tiba ia mengatakan kepada Nashir bahwa ia ingin menjadi seorang Muslim.
Tanpa ragu, Nashir mengarahkan Mark. Ia meminta Mark bersuci terlebih dahulu sebelum membimbingnya mengucapkan ikrar syahadat. Akhirnya, Mark resmi menjadi Muslim.
Mark memutuskan mendeklarasikan keislamannya kepada media Arab Saudi, yakni kepada surat kabar Al-Riyadh. Dalam keterangannya kepada media, Mark mengaku tidak bisa mengungkapkan perasaannya.
Ia merasa seperti dilahirkan kembali dan memulai kehidupan baru. "Saya sangat senang. Kebahagiaan ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, terutama ketika saya mengunjungi Masjidil Haram dan Ka'bah," katanya.
Sebelum menjadi Muslim, ia mengaku sudah memiliki informasi tentang Islam, tapi sangat terbatas. Ketika mengunjungi Arab Saudi dan menyaksikan langsung Muslimin di sana, ia merasa memiliki dorongan yang kuat untuk tahu lebih banyak tentang Islam.
Informasi yang benar terkait Islam yang ia terima, membuatnya yakin bahwa risalah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW ini adalah agama yang benar.
Mark mengatakan, tidak akan pernah puas dan terhenti mendalami Islam. Ia justru semakin termotivasi belajar agama. Ia sadar masih terlalu banyak yang mesti ia pelajari tentang risalah yang damai ini.
Mark meninggalkan Arab Saudi pada Ahad pagi, 18 Oktober 2009 setelah menyelesaikan perjalanan wisatanya. Sebelum meninggalkan Jeddah, saat mengisi formulir keimigrasian, dengan bangga Mark mencantumkan Islam sebagai agamanya.
Setelah memeluk Islam, Mark mengungkapkan keinginannya untuk mengunjungi Masjidil Haram di Makkah dan sholat di sana sebelum meninggalkan Arab Saudi.
Untuk memenuhi keinginan Mark, Nashir mengajaknya pergi ke kantor Dakwah dan Irsyad di kawasan Al-Hamro', Jeddah, untuk mendapatkan bukti formal bahwa Mark telah memeluk Islam.
Bukti ini diperlukan agar Mark dapat diizinkan memasuki Kota Makkah dan Masjidil Haram. Mark akhirnya memperoleh sertifikat sementara sebagai bukti ia seorang Muslim.
Dalam kunjungannya ke Masjidil Haram, Mark ditemani Ustaz Muhammad Turkistani karena Nashir harus mengantar rombongan lainnya kembali ke bandara.
Sesampainya di Masjidil Haram, Mark tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Kebahagiaannya semakin bertambah saat memasuki masjid dan menyaksikan secara langsung Ka'bah. Ustaz Muhammad Turkistani yang mendampingi Mark mengaku tidak bisa mengungkapkan apa yang ia saksikan dengan kata-kata.
Setelah melakukan tawaf di sekitar Ka'bah, Mark melaksanakan sholat sunnah dan pergi keluar dari Masjidil Haram. Sejujurnya, ia merasa enggan meninggalkan Masjidil Haram. Ia berharap suatu saat dapat kembali melaksanakan sholat di Masjidil Haram. "Ini adalah sebuah anugerah," kata Mark.