Kamis 28 May 2020 11:24 WIB

Masuk Kemarau, Kementan Minta Optimalisasi Lahan Pekarangan

Lahan pekarangan sangat potensial menjadi sumber pangan keluarga di tengah pandemi

Menghadapi ancaman krisis pangan karena musim kemarau dan pandemi Covid-19, Mentan SYL menganjurkan masyarakat mengoptimalkan lahan pekarangan untuk memenuhi sumber pangan.
Foto: Kementan
Menghadapi ancaman krisis pangan karena musim kemarau dan pandemi Covid-19, Mentan SYL menganjurkan masyarakat mengoptimalkan lahan pekarangan untuk memenuhi sumber pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki musim kemarau, beberapa wilayah akan mengalami musim kering yang diprediksi mempengaruhi produksi pangan. Mengantisipasi hal tersebut, salah satu strategi Kementerian Pertanian (Kementan) adalah terus melakukan optimalisasi lahan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga. Pekarangan, menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sangat potensial menjadi sumber pangan keluarga di tengah ancaman krisis pangan akibat pandemi.

Melalui kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang tersebar di lebih dari 3.800 titik di seluruh Indonesia, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan mendorong percepatan pelaksanaan P2L seperti pembangunan rumah bibit dan penanaman di demplot pekarangan.

Baca Juga

Menurut Kepala BKP Kementan, Agung Hendriadi, menghadapi kondisi pandemi dan kekeringan, masyarakat harus mampu menyediakan pangan sendiri, harus mampu memproduksi sendiri.

“Kekuatan ketahanan pangan menghadapi kondisi pandemi dan kekeringan mendatang terletak di ketahanan pangan keluarga, karena itu kita dorong masyarakat untuk mampu memproduksi pangan sendiri dari pekarangan mereka,” ujar Agung.

Berdasarkan pantauan di lapangan, kelompok masyarakat sudah mulai melakukan antisipasi kekeringan agar tetap memproduksi bahan pangan dari pekarangan.

Seperti nampak di KWT Binama, Kec. Cibodas Kab Bandung Barat. Ketua KWT Binama, Ratna mengatakan, mengantisipasi keterbatasan air pada musim kemarau, ia mewajibkan anggota kelompoknya membuat kolam kecil di pekarangan masing-masing untuk menampung limbah air rumah tangga. Limbah air tersebut akan disaring dengan menggunakan arang dan ijuk agar layak untuk mengairi pertanaman.

“Air limbah buangan rumah tangga pun kita manfaatkan ya, selain itu di sini juga sebenarnya ada sumber air dan kami ada rencana menarik air dari sana juga dengan menggunakan sistem klep tanpa listrik,” kata Ratna.

Aktifitas pertanaman juga mulai dilakukan oleh KWT Seruni di Kelurahan Lahendong, Kec. Tomohon Selatan, Kota Tomohon. Ketua KWT, Delly Mende mengatakan, anggota kelompoknya telah membangun kebun bibit seluas 4 x 5 m dan kebun demplot pada lahan pekarangan seluas 20 x 20 m.

Kebun bibit tersebut kini terisi berbagai aneka bibit seperti kacang panjang, terong, bayam, seledri, cabai keriting, cabe rawit, jagung manis, kacang tanah, kunyit dan jahe.

“Bersamaan dengan menanam di demplot, lahan pekarangan anggota juga sudah ditanami sejak dua minggu yang lalu, anggota yang pekarangannya luas membuat bedengan, kalau yang pekarangan sempit mereka gunakan polybag,” jelas Delly.

Berawal dari pengalaman sebelumnya bertanam bunga krisan dan jagung pakan, ia berharap jika kegiatan P2L yang dimulai tahun 2020 ini akan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan harian rumah tangga dan bisa juga menambah penghasilan dari hasil penjualan .

“Selama ini kami sulit untuk dapat bibit sayuran, dengan ini saya bersyukur dan berharap ini dapat berlanjut” ungkapnya.

Dalam menghadapi musim kemarau ke depan, ia mengakui tidak khawatir karena di wilayahnya telah tersedia sumber air dari sumur.

Dalam waktu dekat, Delly memperkirakan jika beberapa tanaman seperti bayam dan kacang panjang sudah akan bisa dipanen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement