REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejumlah kelompok hak asasi menyerukan agar lembaga pemerintah Amerika Serikat USAID (United States Agency for International Development) memecat penasihat agama yang baru ditunjuk karena pandangannya yang anti-Muslim. Penasihat kebebasan beragama USAID yang baru, Mark Kevin Lloyd, dikecam lantaran komentarnya yang anti-Muslim.
Ia dilaporkan memiliki sejarah membuat dan mempromosikan komentar anti-Muslim di media sosial. Lloyd menyebut Islam sebagai kultus biadab dan kejam dalam doktrin dan praktiknya, saat ia bertugas dalam kampanye Donald Trump.
Karena itulah, dua kelompok hak asasi Muslim terkemuka di AS menyerukan pemecatan atas Lloyd. Kelompok HAM Muslim, Muslim Advocates dan the Council on American-Islamic Relations (CAIR) menyerukan pemecatan Lloyd, Rabu (27/5).
Hal itu menyusul serangkaian komentar di Facebook dan Twitter, yang diunggah ketika ia menjabat sebagai direktur lapangan Virginia dalam kampanye Trump. Unggahan tersebut kini telah dihapus.
Dalam dua unggahan di Twitter yang dibuat beberapa pekan terpisah pada 2016, Lloyd menyebut Islam sebagai kultus biadab dan mengatakan agama Islam keras dalam doktrin dan praktiknya. Dia juga berbagi meme di Facebook yang menunjukkan orang-orang harus terpaksa makan daging babi asap sebelum diizinkan membeli senjata. Lloyd mengatakan, mereka yang memahami Islam untuk itu adalah tengah dipersiapkan untuk perang.
Lloyd memulai posisi barunya di USAID pada Selasa (26/5). Lembaga bantuan senilai 31 miliar dolar ini bertugas menyediakan bantuan ekonomi, keamanan, dan kesehatan bagi beberapa negara termiskin di dunia.
Penasihat khusus untuk fanatisme anti-Muslim di Muslim Advocates, Madihha Ahussain, mengatakan penunjukkan seorang yang fanatik anti-Muslim sebagai penasihat kebebasan beragama adalah lelucon yang kejam bagi USAID. USAID sendiri merupakan sebuah lembaga yang bertugas mengawasi bantuan asing dan upaya pembangunan.
"Mark Kevin Lloyd harus segera dipecat dari jabatannya. Seseorang yang telah menyiarkan retorika yang penuh kebencian dan berbahaya semacam ini seharusnya tidak memiliki tempat di pemerintahan kita dan tentunya tidak boleh menasihati agen federal tentang kebebasan beragama," kata Ahussain, dilansir di Middle East Eye, Kamis (28/5).
Direktur urusan pemerintah CAIR, Robert McCaw, juga menyerukan agar USAID segera memecat Lloyd karena pandangannya yang anti-Muslim yang diakui secara terbuka. Ia mengatakan, tidak ada ruang dalam posisi pemerintah manapun, apalagi posisi yang dimaksudkan untuk melindungi kebebasan beragama, bagi mereka yang mempromosikan kefanatikan.
"Lloyd jelas tidak layak untuk melayani masyarakat multi-agama yang beragam," kata McCaw.
McCaw menyebut kehadiran Lloyd di USAID sebagai upaya terang-terangan untuk mempolitisasi upaya lembaga tersebut yang menimbulkan kekhawatiran tentang manajemennya. Sementara itu, pejabat USAID mengatakan kepada Washington Post bahwa Lloyd dipilih untuk posisi tersebut oleh John Barsa, selaku Administrator USAID, tanpa berkonsultasi dengan Departemen Luar Negeri. Menurut mereka, Barsa secara kontroversial menunjuk pejabat pelaksana lembaga bantuan itu bulan lalu.
USAID sendiri tidak menanggapi pertanyaan dari Middle East Eye. Namun, Washington Post melaporkan bahwa seorang juru bicara dari lembaga tersebut membela salah satu unggahan Lloyd di media sosial. Namun, juru bicara itu menolak mengomentari salah satu pernyataan anti-Muslim lainnya.
"Komentar yang dia buat empat tahun lalu mengacu pada Islam radikal, bukan Islam," kata juru bicara tersebut.
Ketua Komite Luar Negeri Eliot Engel juga mengecam penunjukkan Lloyd. Ia mengatakan kepada Post bahwa hal itu keterlaluan. Menurutnya, tidak seorang pun yang memiliki sejarah mengeluarkan nada kebencian dan kefanatikan punya tempat untuk membantu memimpin salah satu lembaga pemerintah AS.
"Sangat keterlaluan bahwa seseorang dengan rekam jejak islamofobia akan ditempatkan dalam peran berurusan dengan kebebasan beragama," katanya.