REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim Ventilator Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang Emergency Ventilator ITS (E-VITS). E-VITS dikembangkan untuk membantu tenaga medis dalam menangani perawatan pasien Covid-19. Pembuatan ventilator tersebut didorong makin banyaknya pasien Covid-19. Virus tersebut selama ini banyak menyerang saluran pernapasan, bahkan bisa mengakibatkan gagal napas.
E-VITS yang dikembangkan ITS juga telah dinyatakan lolos uji teknis dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Alat yang dinyatakan memenuhi standar kinerja ventilator oleh BPFK ini selanjutnya akan dipersiapkan untuk pengujian klinis.
Ketua Tim Ventilator Departemen Teknik Fisika ITS, Aulia Muhammad Taufiq Nasution menyampaikan, purwarupa ventilator E-VITS yang diserahkan untuk pengujian telah mengalami pengembangan dari versi awal. Pengembangan yang dimaksud adalah dengan lebih menekankan pada peningkatan ketahanan operasional sistem.
“Beberapa perbaikan kami lakukan agar dihasilkan kestabilan akurasi dan presisi dari unjuk kerja yang diberikan ventilator E-VITS,” kata Aulia melalui siaran persnya, Kamis (28/5).
Pria yang akrab disapa Olly itu meyakinkan, sebelum dinyatakan lukus uji, timnya berusaha keras melakukan penyempurnaan agar E-VITS mampu menghasilkan kinerja sesuai kelima aspek persyaratan BPFK. Yakni pengujian keselamatan listrik; pengujian visual; pengujian keandalan; pengujian kinerja; serta ketersediaan dokumentasi terkait informasi teknis, operasional, dan pemeliharaan ventilator.
“Untuk itu, sebelum diserahkan ke BPFK, kami juga telah melakukan pengujian internal secara menyeluruh untuk memastikan E-VITS telah memenuhi setiap poin pada kelima aspek persyaratan tersebut,” ujar Olly.
Salah satu poin penting dalam kelima aspek tersebut, lanjut Olly, adalah ketahanan ventilator. Dalam hal ini, telah dilakukan pengujian keandalan pada ventilator dengan mengoperasikan alat selama 2x24 jam tanpa henti.
Tujuannya untuk memantau apakah sistem ventilator dapat menghasilkan unjuk kerja yang stabil sesuai dengan ketetapan standar. “Sistem dikatakan stabil bila selama durasi uji ketahanan ini unjuk kerjanya tetap akurat dan presisi,” kata dia.
Sebagai acuan, keragaman nilai (variabilitas) akurasi dan presisi selama pengoperasian alat selama 2x24 jam haruslah tidak lebih dari kisaran 5 persen. Bila lebih dari nilai tersebut, alat dikatakan tidak terkontrol lagi. Untuk itu, kata dia, E-VITS telah dilengkapi pengontrol yang terpadu pada semua sensor yang telah terkalibrasi dan aktuator.
"Sehingga mampu menghasilkan rentang variabilitas unjuk kerja sesuai dengan yang diharapkan,” ujar doktor lulusan the University of Gottingen tersebut.
Hasil uji BPFK menunjukkan, ventilator E-VITS memiliki kinerja yang memuaskan dengan terpenuhinya semua aspek kinerja dan keselamatan. Ia menambahkan, BPFK memberikan catatan perbaikan minor guna mempersiapkan E-VITS dalam tahapan pengujian klinis terkait dengan dimensi dan perbaikan atas kualitas pelabelan untuk berbagai indikator pada casing E-VITS.
“Kami telah berkonsultasi dengan BPFK, nantinya tampilan E-VITS akan didesain dengan ukuran dimensi yang lebih ramping,” ujarnya.