REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kementerian Wakaf Mesir membantah desas-desus telah menetapkan tanggal untuk pembukaan kembali masjid, serta dimulainya kembali shalat Jumat berjamaah. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kementerian, Kamis (28/5), disebut Komite Manajemen Krisis Kabinet Mesir akan bertemu awal pekan depan untuk mempelajari masalah ini.
Pernyataan itu juga menuliskan, kementerian akan mematuhi pedoman apa pun yang dikeluarkan komite. Selanjutnya, kementerian menekankan hanya pernyataan resmi yang dibuat kementerian dan dipublikasikan di situs resminya atau di situs Kabinet yang harus dipertimbangkan oleh masyarakat.
Kementerian Wakaf Agama Mesir pada Maret mengeluarkan perintah untuk menghentikan semua shalat berjamaah. Termasuk di dalamnya menutup semua masjid dan bangunan yang terhubung dan berlaku sejak 21 Maret.
"Keputusan ini didasarkan pada persyaratan kepentingan nasional dan Islam dalam perlunya menyelamatkan hidup," tulis sebuah pernyataan kementerian pada saat itu, dikutip di Egypt Independent, Jumat (29/5).
Keputusan itu disebut juga berdasarkan instruksi ilmiah dari Kementerian Kesehatan Mesir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan organisasi kesehatan lainnya di berbagai negara. Semua pihak telah mengonfirmasi bahaya ekstrem yang ditimbulkan sebuah pertemuan dalam jumlah besar akibat transmisi virus Covid-19 dan ancamannya bagi kehidupan manusia.
Untuk menghindari bahaya itu, Pemerintah Mesir juga menutup sekolah mulai 15 Maret dan menangguhkan penerbangan pada 19 Maret. Total kasus virus corona di Mesir mencapai 19.666 hingga Kamis pagi. Di antaranya 816 meninggal dan 5.205 telah sepenuhnya pulih.