REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR SERI BEGAWAN -- Brunei Darussalam akan menggunakan helm pintar untuk memindai suhu tubuh jamaah di masjid selama pelaksanaan sholat Jumat. Peralatan teknologi tinggi yang juga digunakan di banyak negara ini akan digunakan untuk memfasilitasi umat yang datang ke masjid.
Peragaan praktis fitur helm pintar ini coba dilakukan di Masjid Jame 'Asr Hassanil Bolkiah, Kamis (28/5). Alat ini mampu memonitor suhu orang saat mereka bergerak, yang kemudian ditampilkan pada pelindung di sisi kanan helm dan sebuah laptop. Fungsi dan pengaturan helm dapat diakses menggunakan jam tangan pintarnya sendiri.
Teknologi pintar ini akan digunakan di sembilan tempat ibadah dalam pelaksanaan sholat Jumat hari ini, di antaranya di Jame' 'Asr Hassanil Bolkiah, Masjid Omar 'Ali Saifuddien, Masjid Mohamed Bolkiah di Serusop, Masjid Al-Ameerah Al-Hajjah Maryam di Jerudong, Masjid Hassanal Bolkiah di Mentiri, Hassanal Masjid Bolkiah di Tutong, Masjid RPN Kampong Pandan di Kuala Belait, Masjid Muhammad Jamalul Alam di Kuala Belait dan Masjid RPN Kampong Lambak Kanan.
Daftar masjid yang memanfaatkan teknologi ini akan berubah setiap pekannya. Wakil Sekretaris Tetap (Kebijakan dan Manajemen) di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Haji Maswadi bin Haji Mohsin mengatakan, helm pintar memiliki lima fungsi berbeda.
Menurutnya, saat ini alat itu hanya digunakan untuk memindai suhu. Sehingga, orang-orang yang menghadiri masjid akan dipindai suhu daripada menggunakan termometer tembak sehingga prosesnya akan lebih cepat dan mengurangi kepadatan.
"Ini membantu memperlancar proses orang memasuki masjid," kata Maswadi, dilansir di Borneo Bulletin, Jumat (29/5).
Ia mengatakan, jumlah helm pintar yang akan ditempatkan ke masjid tergantung pada ukuran masjid. Kementerian Kesehatan baru-baru ini mengakuisisi 12 helm, yang didistribusikan ke masjid tertentu tergantung pada situasi dan kapasitas.
"Di Jame‘ Asr Hassanil Bolkiah, dua helm pintar akan digunakan di berbagai titik masuk, untuk memindai jamaah saat mereka masuk. Untuk helm pintar, tidak ada batasan dalam pemindaian beberapa orang sekaligus, karena mampu melakukan pemindaian massal," ujarnya.
Ia menjelasakan, jika suhunya lebih dari 37 derajat Celcius, alarm akan berbunyi di helm yang dikenakan oleh petugas. Petugas kemudian akan mengidentifikasi orang tersebut dengan suhu tinggi dan mengisolasinya. Setelah beberapa saat, individu tersebut akan dipindai lagi, untuk memeriksa apakah suhunya turun.
Haji Maswadi lantas menuturkan soal efektivitas helm tersebut. Selain menggunakannya di masjid untuk sholat Jumat, ia mengatakan helm pintar juga dapat digunakan di tempat umum seperti mal.
Selain di masjid, pemindaian termal di bandara dan di rumah sakit, tetapi mobilitas mereka terbatas. Sebagai perbandingan, helm pintar dapat dengan mudah digunakan hanya dengan memakainya dan menggunakan laptop.
"Selama situasi Covid-19 ini, ada batas kapasitas 30 persen di masjid-masjid untuk sholat Jumat. Ini berarti ada banyak yang tidak dapat hadir karena mereka tidak mendapatkan slot, atau tidak memiliki ponsel pintar yang diperlukan untuk memesan slot. Kami juga prihatin dengan masalah ini," katanya.
Namun demikian, ia mengatakan berusaha menemukan solusi, sehingga semua orang dapat mengikuti sholat Jumat. Akan tetapi, untuk saat ini pelaksanaan sholat Jumat memang terbatas kapasitasnya.
Bagi mereka yang tidak bisa memesan slot, ia mengimbau mereka tidak bergabung dengan antrean di masjid. Hal itu dapat menyebabkan kepadatan dan menyebabkan orang-orang yang telah memesan slot melewatkan sholat Jumat.
"Insya Allah, rencana de-eskalasi akan diperluas di masa depan, sehingga lebih banyak orang akan diizinkan di masjid," tambahnya.
Pengarahan tentang prosedur dan pedoman untuk pembukaan kembali masji secara aman juga diadakan kemarin untuk anggota Angkatan Bersenjata Kerajaan Brunei dan Angkatan Kepolisian Kerajaan Brunei, serta pejabat masjid dan sukarelawan.