REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fintech peer to peer lending Tani Fund bakal terus memperbanyak investor individu untuk ikut dalam program pembiayaan petani yang dikelola oleh Grup Tani Hub. Hal itu ditempuh dengan menurunkan batas minimal investasi dari semula Rp 5 juta menjadi hanya Rp 100 ribu per investor individu.
Direktur Tani Fund, Edison Tobing, mengatakan, berinvestasi lewat Tani Fund berbeda dengan fintech peer to peer lending lainnya di Indonesia. Sebab, dana yang diperoleh dari para investor akan diberikan kepada petani yang akan menghasilkan komoditas pangan.
Komoditas tersebut pun akan dibeli oleh Tani Hub dan dipasarkan langsung melalui platform e-commerce. Para investor juga bisa memilih langsung proyek pertanian yang ingin diikuti lengkap dengan informasi prospek bisnis, waktu pelaksanaan, dan imbal hasil.
"Sejauh ini kita lebih banyak lender (investor) individu yang ikut minimal mulai dari Rp 100 ribu hingga ratusan juta," kata Edison dalam diskusi virtual bersama media, Jumat (29/5).
Ia menjelaskan, saat ini terdapat sekitar 2.200 investor individu yang telah menanamkan modalnya di Tani Fund untuk berbagai proyek pertanian yang digarap. Selain itu, terdapat pula lima investor institusi, dua di antaranya perbankan. Imbal hasil dari investasi juga cukup menarik, yakni berkisar 12 persen-18 persen per tahun melalui skema yang adil untuk investor maupun petani.
Sementara itu, Vice President Corporate Service Tani Hub Group, Astri Purnamasari, mengatakan, awal mula Tani Fund berdiri, minimal nilai investasi adalah Rp 5 juta. Namun seiring berjalannya waktu dengan sosialisasi yang masif, banyak generasi muda hingga mereka yang masih duduk di bangku kuliah ingin berinvestasi.
Namun, minimal investasi dinilai masih mahal. "Akhirnya kita turunkan jadi Rp 3 juta, turun lagi, Rp 1 juta, lalu Rp 500 ribu, dan terakhir Rp 100 ribu sudah bisa investasi. Jadi bisa semakin banyak orang yang bisa masuk ke pertanian," ujar Astri.