REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perubahan iklim hingga 2021 karena pandemi virus corona. Semestinya, KTT tersebut akan diselenggarakan pada tahun ini di Inggris.
Pertemuan tahunan yang dikenal sebagai KTT COP26 atau yang disebut sebagai KTT perubahan iklim menjadi agenda penting sejak pembicaraan pada 2015, yang menghasilkan Perjanjian Paris. Ratusan pemimpin dunia diharapkan dapat menanggapi tekanan publik untuk mempercepat pemangkasan emisi gas rumah kaca.
PBB memutuskan KTT perubahan iklim diselenggarakan pada 1-12 November 2021 di Inggris. Glasgow dan Skotlandia tetap akan menjadi tuan rumah, dan akan ada KTT pemanasan pertama di Italia.
Pejabat iklim Inggris, Alok Sharma mengatakan, penundaan itu dapat memberikan waktu kepada tuan rumah untuk memulihkan kembali perekonomian akibat pandemi virus corona. Para negosiator dari blok negara-negara berkembang mendesak pemerintah agar tidak menunda penyelenggaraan KTT perubahan iklim karena pandemi virus corona. Namun sebaliknya, pemerintah harus meningkatkan energi terbarukan, termasuk konservasi hutan ketika perekonomian pulih.
KTT perubahan iklim pada tahun ini seharusnya menjadi tenggat waktu bagi pemerintah untuk berkomitmen pada tujuan pengurangan emisi yang lebih agresif, agar mencapai target dalam Perjanjian Paris. Dalam perjanjian tersebut, kenaikan suhu global dibatasi pada 2 derajat celcius dan 1,5 derajat celcius di atas pra-industri waktu.
Para ilmuwan mengatakan, tingkat pemanasan global itu memiliki konsekuensi bagi kenaikan permukaan laut, peristiwa cuaca ekstrem dan migrasi massal. Para ilmuwan menjelaskan, migrasi massal terjadi ketika orang-orang melarikan diri karena iklim di tempat mereka tinggal sudah tidak baik.