Sabtu 30 May 2020 06:01 WIB

Muslim Brunei Harus Pesan Slot Sholat di Masjid

Pemesanan slot sholat dilakukan melalui aplikasi.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Brunei Harus Pesan Slot Sholat di Masjid. Masjid Jamik Hassanil Bolkiah di Kampong Kiulap, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
Foto: Reuters/Ahim Rani
Muslim Brunei Harus Pesan Slot Sholat di Masjid. Masjid Jamik Hassanil Bolkiah di Kampong Kiulap, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUNEI DARUSSALAM -- Brunei Darussalam telah membuka masjid untuk pelaksanaan sholat Jumat berjamaah. Muslim yang ingin sholat Jumat di masjid harus mendaftar terlebih dahulu melalui aplikasi BruHealth. 

Menurut Menteri Kesehatan Dato Seri Setia Dr Haji Mohd Isham bin Haji Jaafar, dalam kondisi normal masjid dapat menampung jamaah hingga 1.500 orang. Namun dalam situasi pandemi harus mematuhi protokol menjaga jarak sehingga masjid hanya menerima 600 jamaah.

Baca Juga

"Dengan mempertimbangkan jarak fisik dan sosial, jumlah jamaah yang diizinkan hanya 500 sampai 600 untuk masjid berkapasitas 1.500 orang. Pemesanan slot sholat harus dilakukan melalui aplikasi BruHealth," ujar Mohd Isham dilansir dari Borneo Bulletin, Jumat (29/5).

"Begitu masjid telah mencapai kapasitasnya, gerbang akan ditutup dan tidak ada lagi jamaah yang diizinkan masuk," ujarnya.

Ia menuturkan, pembatasan jumlah jamaah sholat Jumat dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Mereka yang berkesempatan mengikuti sholat Jumat harus mematuhi aturan yang ditentukan, seperti membawa perlengkapan sholat sendiri, tidak berjabat tangan, menjaga jarak, dan ketika sholat berakhir segera kembali ke rumah.

"Sampai Kamis, ada 35.980 orang yang telah memesan slot melalui aplikasi BruHealth," ujarnya.

Dato Seri Setia Dr Haji Mohd Isham menambahkan, Brunei Darussalam juga melakukan pengujian vaksin Covid-19. Namun, hanya beberapa yang melanjutkan pengujian vaksin pada tahap selanjutnya.

“Kami masih menganalisis hasilnya, karena hanya sedikit yang kami diujikan pada manusia. Efek samping harus diperhitungkan, tidak hanya ketika pemberian vaksin, tetapi juga setelahnya," ungkapnya.

Menurutnya, butuh beberapa waktu untuk mengembangkan vaksin baru. Paling awal, meskipun tidak mungkin, akan pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.

"Ini bukan hanya tentang mengembangkan vaksin, tetapi juga tentang menemukan cara yang aman untuk memberikannya, efek samping jangka panjangnya dan sebagainya. Vaksin tercepat yang pernah diproduksi membutuhkan waktu empat hingga lima tahun," kata dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement