REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai sektor yang bertanggungjawab pada penyediaan pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya melakukan berbagai langkah strategis menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19. Berbagai upaya dilakukan oleh kementerian yang dipimpin oleh Syahrul Yasin Limpo ini. Salah satunya menggalakkan peningkatan produksi dan konsumsi pangan lokal.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi, mengatakan pengembangan pangan lokal baik dari aspek produksi hingga konsumsi merupakan suatu strategi menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi. Oleh karena itu, pihaknya mendorong masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal dan tidak tergantung pangan impor.
“Pangan lokal tidak terbatas sagu atau singkong saja, semua produksi dari dalam negeri kita itu pangan lokal. Sayuran, buah-buahan dan lainnya. Kita makan pangan yang kita hasilkan sendiri. Lupakan impor, kembalilah ke pangan lokal kita,” tegasnya.
Ada banyak potensi dan sumber daya pangan lokal yang dapat dikembangkan di Indonesia yang merupakan negara dengan keanekaragaman hayati (biodiversitas) terbesar ketiga di dunia. Tercatat lebih dari 77 jenis pangan sumber karbohidrat, 389 jenis buah-buahan, 75 jenis sumber protein, 228 jenis sayuran, 26 jenis kacang-kacangan, 110 jenis rempah dan bumbuh, serta 40 jenis bahan minuman.
Kekayaan dan potensi sumber pangan lokal ini harus dioptimalkan untuk mewujudkan kemandirian pangan terlebih menghadapi situasi pandemi Covid-19 saat ini.
Bangun industri pangan lokal
Geliat pengembangan industri berbasis pangan lokal dapat dilihat dari berbagai produk pangan berbahan baku pangan lokal nonberas dan nonterigu yang banyak dilakoni oleh UMKM. Pada tahun 2019, BKP Kementan merilis Direktori Pangan Lokal yang memuat berbagai macam produk berbahan baku pangan lokal dengan tampilan yang menawan dari UMKM pangan lokal di seluruh Indonesia.
Dalam direktori tersebut, berbagai produk pangan seperti eggroll, mi, brownies, dan kue kering berbahan tepung mocaf, sorgum, hingga sagu disajikan secara informatif dan menarik, sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan produk pangan lokal ketimbang produk berbahan terigu.
Pada skala yang lebih besar, BKP Kementan juga mendorong Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan terigu yang masih mengandalkan impor.
"Kita punya grand desain untuk mengurangi impor gandum 10 juta ton per tahun, itu kita ingin gantikan 10 persen saja dengan tepung lokal kita," ungkap Agung.
PIPL saat ini berada di 9 lokasi dengan fokus pada penyediaan bahan baku berupa tepung berbasis komoditas ubi kayu, jagung, dan sagu.