Jumat 29 May 2020 17:38 WIB

Penguatan Rupiah Diperkirakan Hingga Pekan Depan

Dari sisi internal, penguatan rupiah didorong penerapan skenario The New Normal.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
 Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah diprediksi terus menguat di bawah Rp 15 ribu per dolar AS hingga pekan depan.
Foto: Republika On Line/Mardiah diah
Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah diprediksi terus menguat di bawah Rp 15 ribu per dolar AS hingga pekan depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terus menguat di bawah Rp 15 ribu per dolar AS. Kondisi ini diprediksi bakal berlangsung sampai pekan depan.

Direktur Trfx Garuda Berjangka, Ibrahim menyampaikan, indeks dolar melemah di akhir pekan Jumat (29/5) karena beberapa faktor eksternal dan internal. "Dalam perdagangan sore ini rupiah ditutup menguat 105 point di level 14.610 dari penutupan sebelumnya di level 14.715," kata Ibrahim.

Baca Juga

Dalam perdagangan Senin pekan depan, ia memproyeksi kemungkinan masih akan bergolak. Walaupun di buka melemah tetapi ditutup kemungkinan menguat dengan kisaran Rp 14.520-Rp 14.480 per dolar AS

Faktor eksternal yang mempengaruhi diantaranya Presiden AS Donald Trump yang terus menyerang China dengan mengatakan virus corona berasal dari sebuah laboratorium di China. Trump meminta China untuk bertanggung jawab hingga Covid-19 menjadi pandemi global dan menuntut kompensasi atas kerusakan ekonomi AS.

Hubungan kedua negara kini semakin memburuk setelah AS kembali ikut campur urusan Hong Kong yang merupakan wilayah administratif China. Selain itu, di Eropa, seperti Portugal, Yunani, Spanyol, Italia, Belanda, Swedia dan Islandia bahkan sudah mewacanakan untuk membuka kembali industri pariwisatanya. Kemudian dari AS, untuk pertama kalinya kemarin para trader kembali melantai bursa saham New York pada Rabu waktu setempat, setelah tutup sejak 23 Maret lalu.

Dari sisi internal, penguatan rupiah didorong oleh era kehidupan baru atau the new normal yang sedang disiapkan oleh pemerintah guna untuk memutar kembali roda perekonomian yang sempat terhenti.

"Namun era kehidupan baru tersebut perlu ada pengawalan dari pemerintah agar sesuai regulasi sehingga pelaksanaan kegiatan nantinya benar-benar menuju tatanan baru atau yang kita kenal dengan new normal," kata Ibrahim.

Di sisi lain Bank Indonesia  dalam paparan perkembangan ekonomi terkini kemarin mengatakan sangat optimistis nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue. Sedangkan fundamental ekonomi Tanah Air akan diukur dari inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan yang lebih rendah, aliran modal asing yang masuk ke SBN akan terus meningkat sehingga memperkuat dan memperkokoh rupiah. "Sehingga BI tidak perlu lagi menurunkan suku bunga acuan dalam pertemuan Juni mendatang," ucap Ibrahim.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement