Jumat 29 May 2020 20:45 WIB

Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya Saling Klaim Mobil PCR

Risma menyebut mobil itu adalah pesanannya untuk Kota Surabaya.

Rep: Dadang Kurnia/Ali Yusuf/ Red: Teguh Firmansyah
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kanan).
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya saling mengklaim menjadi pemohon bantuan mobil mesin PCR atau mobil laboratorium dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Saling klaim tersebut terjadi setelah adanya perbedaan keinginan pengoperasian mobil antara Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya.

Pemprov Jatim ingin mobil tersebut bergerak ke daerah-daerah di wilayah setempat. Sementara Pemkot Surabaya berharap mobil yang dipinjamkan BNPB selama lima hari tersebut, setiap harinya beroperasi di Kota Pahlawan.

Baca Juga

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Suban Wahyudiono mengaku, dikirimnya bantuan mobil mesin PCR oleh BNPB pusat, atas permohonan Pemprov Jatim. "Jadi Gugus Tugas Covid-19 Jatim bersurat pada 11 mei 2020 kepada Gugus Tugas Covid-19 pusat, berkaitan permohonan dukungan percepatan penegakan diagnosis Covid-19," kata Suban di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (29/5).

Menindaklanjuti surat pengajuan tersebut, lanjut Suban, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa langsung berkomunikasi dengan Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 pusat, Doni Monardo. Komunikasi yang dijalin dimaksudkan untuk meminta bantuan mobil mesin PCR. "Saya sendri juga WA ke Pak Doni yang kemudian diarahkan ke Pak Dodi, Deputi I Bidang Kedaruratan BNPB. Perbincangan kami pada 27 akan dikirim dua unit mobil mesin PCR," ujar Suban.

Benar saja, lanjut Suban, satu mobil mesin PCR tersebut tiba di Surabaya pada 27 Mei 2020 pagi. Mobil tersebut langsung dioperasikan di RS Unair, mengingat laboratoroum ITD Unair tidak beroperasi. Di sana, mobil tersebut mampu menyelesaikan tes lab 200 sampel Covid-19. Kemudian dilanjutkan pengetesan sampel di Asrama Haji sesuai permintaan Pemkot Surabaya. Di sana, ada 100 sampel yang diselesaikan pengetesannya.

Masih pada 27 Mei 2020 malam, lanjut Suban, Pemprov Jatim kedatangan lagi satu unit mobil mesin PCR bantuan dari BNPB. Kemudian, pada 28 Mei, dua unit mobil tersebut dioperasikan di Sidoarjo dan Lamongan. "Karena di Sidoarjo banyak yang harus dilab," kata Suban.

Kemudian pada hari ketiga, dua unit mobil mesin PCR tersebut dioperasikan di Lamongan dan Tulungagung. Suban menjelaskan, Tulungagung dipilih karena di sana juga perlu bantuan lab untuk kepentingan swab. Sebab, di Tulungagung, jumlah PDP-nya nomor dua tertinggi di Jatim. Ada 558 PDP, yang 172 di antaranya bahkan meninggal sebelum di-swab. "Jadi mobil lab ini tidak hanya untuk Surabaya. Mobil lab ini harus berkeliling ke daerah yang membutuhkan," ujar Suban.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jatim, dr. Joni Wahyuhadi menambahkan, tes PCR sangat diperlukan untuk melakukan pengetesan, agar isolasi dilakukan secara tepat. dia pun mengungkapkan alasan mobil itu dikirim ke RS Unair di hari pertama. Itu dilakukan utnuk mensubstitusi karena mesin PCR di ITD Unair bermasalah.

Joni pun mengungaku, terkait penempatan di RS Unair dan Asrama Haji berdasarkan koordinasi dengan Dinkes Surabaya. Makanya setelah dari RS Unair diarahkan ke Asrama Haji. "Jadi ini hanya ada maslah miss komunikasi saja," ujar Joni.

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kecewa dua mobil mesin PCR atau mobil laboratorium bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang sedianya diperbantukan khusus untuk Kota Surabaya, dialihkan ke daerah lain oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur. Risma bahkan langsung berkoordinasi dan menghubungi pihak-pihak yang telah dimintai bantuan untuk mendatangkan mobil tersebut.

Bahkan, ia langsung melaporkan kejadian tersebut kepada Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo. Risma kemudian menunjukkan bukti chat WhatApp antara ia dengan Doni. Risma ingin menunjukan bahwa yang memohon bantuan alat fast lab tersebut adalah ia untuk Kota Surabaya. Doni pun menyanggupinya dan berjanji akan mempercepat proses pengirimannya.

Risma pun mengadukan, mobil bantuan itu dialihkan ke daerah lain, sehingga Surabaya tidak bisa menggunakannya. Doni pun berjanji mengecek keberadaan mobil tersebut karena memang dua mobil bantuan itu diprioritaskan untuk Kota Surabaya.

“Temen-temen lihat sendiri kan, ini bukti permohonan saya dengan Pak Doni, jadi ini saya sendiri yang memohon kepada beliau. Kasihan pasien-pasien yang sudah menunggu,” kata Risma.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement