REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nissan menetapkan rencana empat tahun ke depan untuk mempertahankan bisnis yang berkelanjutan. Salah satu rencanya adalah dengan menghentikan produksi 14 model mobil dan memangkas kapasitas produksi 20 persen di seluruh dunia.
Makoto Uchida, Chief ExecutiveOfficer Nissan, dalam pidatonya di Yokohama, Jepang, Kamis (28/5) waktu setempat mengungkapkan bahwa Nissan juga akan memangkas biaya tetap sebesar 300 miliar yen atau sekira Rp 41,17 triliun.
Nissan akan berfokus pada segmen model inti global termasuk kendaraan segmen C dan D yang disempurnakan, kendaraan listrik, dan mobil sport. Pabrikan Jepang ini akan memperkenalkan 12 model baru dalam 18 bulan ke depan, memperluas kehadiran di kendaraan listrik (EVs) dan mobil yang digerakkan motor listrik, termasuk e-POWER, dengan lebih dari 1 juta unit penjualan setahun pada akhir tahun fiskal 2023.
Di Jepang, Nissan akan meluncurkan dua kendaraan listrik dan empat kendaraan e-POWER lagi, meningkatkan rasio elektrifikasi hingga 60 persen dari penjualan.
Nissan akan memperkenalkan sistem bantuan pengemudi tingkat lanjut ProPILOT di lebih dari 20 model di 20 pasar, menargetkan lebih dari 1,5 juta unit akan dilengkapi dengan sistem ini per tahun pada akhir 2023.
Nissan akan memangkas (right-sizing) kapasitas produksi 20 persen menjadi 5,4 juta unit per tahun. Nissan mengasumsikan shift kerja standar sebagai bagian dari efisiensi. Hal itu dimaksudkan untuk mencapai tingkat pemanfaatan pabrik di atas 80 persen sehingga operasional diharapkan lebih menguntungkan.
Dengan menerapkan rencana tersebut, Nissan menetapkan target untuk mencapai margin laba operasi 5 persen. Nissan juga mematok pangsa pasar global yang berkelanjutan 6 persen pada akhir tahun fiskal 2023, termasuk kontribusi proporsional dari 50 persen perusahaan patungan ekuitasnya di China.