REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin memberikan pandangannya terkait rencana kenormalan baru atau new normal yang akan diterapkan. Menurutnya hal tersebut dirasa baik, jika yang diutamakan kepentingan masyarakat.
"Kepentingan basis daerah per daerah, maka kebersamaan kita, bersama kita bisa, itu harus saatnya diterapkan kebersamaan dalam arti sejati," ujar Din dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (30/5).
Ia tak ingin prosedur new normal ini direalisasikan hanya untuk menuruti permintaan segelintir pihak. Kesejahteraan rakyatlah yang harus diutamakan saat ini. "Tidak boleh ada interest pribadi atau golongan dan apalagi pada kondisi krisis, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Itu akan timbulkan kekacauan lebih lanjut," ujar Din.
Pria yang kini merupakan Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) itu menjelaskan, new normal dipastikan akan mengubah sistem yang ada saat ini. Khususnya pada sektor ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Dengan adanya kenormalan baru atau new normal dipandangnya sebagai sebuah harapan. Sebab, dengan diterapkannya prosedur tersebut diharapkan dapat secara perlahan membuat situasi kembali membaik. "Bagi kita di Indonesia new normal tentu harus menjadi harapan agar krisis segera berlalu," ujar Din.
Apalagi, new normal dipandangan sebagai sebuah keniscayaan yang pasti akan terjadi. Untuk itu, pemerintah diminta cermat dalam mengkaji hal tersebut. "Untuk konteks Indonesia, harus kita cita-citakan sesungguhnya. Baik ada krisis berupa pandemi maupun tidak ada krisis," ujar Din.