REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Keputusan Amerika Serikat dan Inggris membawa rencana China untuk memberlakukan undang-undang keamanan baru di Hong Kong ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat memicu kritik dari China dan Rusia. Kedua negara menyoroti Amerika Serikat soal penggunaan kekuatan berlebihan terhadap orang kulit hitam.
Dewan beranggotakan 15 negara itu secara informal membahas Hong Kong dalam pertemuan virtual tertutup setelah China menentang seruan AS pada Rabu untuk pertemuan resmi dewan terbuka. Mereka beralasan alasan bahwa itu bukan masalah perdamaian dan keamanan internasional.
"Apakah kita akan mengambil sikap terhormat untuk membela hak asasi manusia dan cara hidup bermartabat yang dinikmati dan dihargai jutaan warga Hong Kong ... atau kita akan membiarkan Partai Komunis China melanggar hukum internasional dan memaksakan kehendaknya pada rakyat Hong Kong?" kata Duta Besar AS Kelly Craft.
Parlemen China pada Kamis menyetujui keputusan untuk melanjutkan penerapan undang-undang keamanan baru di Hong Kong. Para pegiat demokrasi, diplomat, dan sebagian orang di dunia bisnis mengkhawatirkan undang-undang itu akan membahayakan status semi-otonomi dan peran Hong Kong sebagai pusat keuangan global.
"Undang-undang ini berisiko membatasi kebebasan yang China bersikeras tegakkan sebagai masalah hukum internasional," kata penjabat Duta Besar Inggris Jonathan Allen setelah diskusi dewan. "Kami juga sangat khawatir bahwa ... itu akan memperburuk perpecahan yang ada di Hong Kong."
Para diplomat mengatakan, Rusia dan China menanggapi selama diskusi dewan dengan mengekritik Amerika Serikat atas pembunuhan seorang pria kulit hitam tak bersenjata - yang terlihat di video kehabisan napas sementara seorang polisi kulit putih berlutut di lehernya - di Minneapolis dan penanganan keresahan yang semakin meningkat.
"Mengapa AS menyangkal hak China untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban di Hong Kong sementara secara brutal membubarkan kerumunan di dalam negeri?" tanya Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy dalam cuitan di Twitter setelah diskusi dewan.
Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan bahwa Amerika Serikat dan Inggris harus "mengurus urusan mereka sendiri." Ia mengungkapkan bahwa setiap upaya untuk menggunakan Hong Kong untuk ikut campur dalam masalah-masalah internal China pasti akan gagal.