REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA: Turki mengurangi lockdown akibat pandemi virus corona mulai 1 Juni, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Turki adalah salah satu negara Eropa yang cukup serius kena infeksi coronavirus.
Virus ini telah menewaskan 4.461 orang di Turki, dan sebanyak 160.979 positif corona pada 28 Mei. Turki menempati urutan ke-10 di seluruh dunia dalam kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, menurut penghitungan dari Universitas John Hopkins.
Restoran dan kafe akan diizinkan untuk dibuka kembali dari hari Senin sementara pembatasan perjalanan antarkota akan dicabut pada hari yang sama.
Turkish Airlines mengatakan tidak ada langkah-langkah tambahan untuk jarak sosial pada penerbangannya, bertentangan dengan harapan bahwa penumpang akan memiliki lebih banyak ruang di antara kursi.
Pembatasan tinggal di rumah untuk orang di bawah 19 dan lebih dari 65 tetap. Tetapi pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak dibuka kembali.
Grand Bazaar Istanbul yang ikonik juga bersiap untuk dibuka kembali pada 1 Juni.
Pemilik toko, Emre Demir, pesimistis tentang arus pengunjung ke pasar, yang menampung hampir 3.000 kios dan mempekerjakan lebih dari 30.000 orang.
Landmark yang ramai ini telah ditutup sejak 23 Maret dan Demir tidak mengharapkan bisnisnya kembali ke tingkat pra-pandemi dalam waktu dekat.
"Pada hari-hari normal, toko itu biasanya dikunjungi oleh 150 orang setiap hari," katanya kepada Arab News.
“Saya juga menjaga ratusan pelanggan. Tetapi klien kami sebagian besar berasal dari Jerman dan Rusia dan negara-negara ini belum mengizinkan warga mereka pergi ke Turki. Tuhan tahu bagaimana kami dapat membayar biaya sewa kami jika kami tidak dapat menjual produk kami."
Restoran dan kafe akan diizinkan untuk dibuka kembali dari hari Senin sementara pembatasan perjalanan antarkota akan dicabut pada hari yang sama
Banyak organisasi profesional, terutama Asosiasi Medis Turki, mendapati bahwa memulai kembali aktivitas bisnis secara tiba-tiba menjadi prematur