Ahad 31 May 2020 09:27 WIB

Tiga Tipe Masyarakat New Normal, Anda Termasuk yang Mana ?

Normal baru bukanlah suatu keadaan yang benar-benar normal.

Pelayan menggunakan alat pelindung diri wajah, masker dan sarung tangan saat melayani pengunjung di Rumah Makan Bumi Aki, Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/5). Sejumlah restoran dan rumah makan di Kota Bogor mulai membuka layanan makan di tempat dengan protokol kesehatan ketat setelah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Kota Bogor memasuki masa transisi hingga tanggal 4 Juni 2020 guna mengatasi pandemi COVID-19
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pelayan menggunakan alat pelindung diri wajah, masker dan sarung tangan saat melayani pengunjung di Rumah Makan Bumi Aki, Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/5). Sejumlah restoran dan rumah makan di Kota Bogor mulai membuka layanan makan di tempat dengan protokol kesehatan ketat setelah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Kota Bogor memasuki masa transisi hingga tanggal 4 Juni 2020 guna mengatasi pandemi COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dibukanya kembali pusat perbelanjaan atau mal mendatangkan beberapa reaksi dari masyarakat seperti menyambut dengan gembira atau tidak setuju.

Menurut psikolog Intan Erlita, M.Psi, masyarakat Jakarta kini terbagi menjadi tiga tipe pada era normal baru yakni tipe yang menyambut antusias, memilih untuk tetap di rumah dan 50:50.

"Ada tipe yang begitu tahu mau masuk new normal langsung happy, langsung Ingin ke mal, nge-list mau makan apa, terus sudah excited  baju-baju yang mau mereka pakai yang selama ini cuma di lemari doang. Ada yang kayak gitu," jelas Intan, Sabtu (30/5).

Tipe yang memilih tetap di rumah adalah orang-orang yang waspada. Mereka cenderung memiliki rasa takut dan menunggu sampai keadaan benar-benar normal bukan normal baru.

"Ada juga yang masih wait and see dulu deh, masih mau lihat dulu karena takut, masih yang penuh hati-hatinya, jadi memilih untuk di rumah aja," kata Intan.

Tipe terakhir adalah orang-orang yang datang ke pusat perbelanjaan atau mal hanya untuk mencari sesuatu yang benar-benar penting bukan sengaja datang untuk jalan-jalan.

"Tapi ada juga yang di tengah-tengahnya, yang kalau ke luar rumah kalau urgen doang cuma mau kerja, tapi kalau ke anak enggak boleh keluar rumah dulu," ujar mantan presenter olahraga itu.

Intan juga menegaskan bahwa normal baru bukanlah suatu keadaan yang benar-benar normal. Era normal baru adalah bagaimana masyarakat hidup berdampingan dengan virus Covid-19 sehingga tetap harus mengikuti protokol kesehatan dan keamanan,

"Jadi jangan sampai kita salah tangkap dengan ini berarti udah normal. Enggak kayak gitu, garis merahnya adalah kita hidup berdampingan tapi ada Covid-19, karena bisa dikatakan back to normal kalau si Covid-19 sudah enggak ada atau sudah ditemukan vaksinnya," tutur Intan.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement