Ahad 31 May 2020 17:08 WIB

1.300 Bencana Terjadi di Indonesia Hingga Akhir Mei

Kejadian banjir masih tinggi dibandingkan jenis bencana hidrometerologi lainnya.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolandha
Seorang perempuan berjalan melintasi genangan air di jalan Pasar Kebon Roek, Ampenan, Mataram, NTB, Jumat (29/5). Sedikitnya, 1.300 bencana terjadi di Tanah Air selama Januari-Mei 2020
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Seorang perempuan berjalan melintasi genangan air di jalan Pasar Kebon Roek, Ampenan, Mataram, NTB, Jumat (29/5). Sedikitnya, 1.300 bencana terjadi di Tanah Air selama Januari-Mei 2020

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sedikitnya, 1.300 bencana terjadi di Tanah Air selama Januari-Mei 2020 dengan korban meninggal mencapai 188 orang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, fenomena hidrometeorologi mendominasi kejadian bencana di Indonesia.  

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati menjelaskan, kejadian berupa banjir masih tinggi dibandingkan jenis bencana hidrometerologi lainnya, seperti tanah longsor dan angin puting beliung. Banjir biasanya dipicu oleh salah satunya intensitas hujan yang tinggi.

Baca Juga

"Data BNPB hingga hari ini mencatat kejadian banjir sebanyak 532 kali. Banjir juga berdampak paling tinggi terhadap kerugian, baik korban jiwa dan kerusakan material," ujar Raditya dalam siaran pers BNPB, Ahad (31/5).

Sepanjang Januari hingga Mei 2020, total korban meninggal akibat banjir berjumlah 128 orang, luka-luka 119 orang, dan hilang 7 orang. Sedangkan jumlah pengungsi akibat banjir yang terdata sebanyak lebih dari 2 juta warga.

BNPB memprediksi jumlah rumah yang rusak akibat banjir hingga akhir Mei ini mencapai ribuan. Kerusakan rumah dengan kategori rusak berat (RB) berjumlah 2.689 unit, rusak sedang (RS) 1.218, dan rusak ringan (RR) 4.094.

Sementara itu, bencana banjir juga merusak sejumlah fasilitas publik. Rinciannya, fasilitas pendidikan yang rusak sebanyak 295 unit, peribadatan 369 unit, kesehatan 25 unit, dan perkantoran 46 unit. Sedangkan kerusakan infrastruktur vital berupa jembatan sejumlah 163 unit.

Selain banjir, tercatat juga bencana alam lainnya seperti angin puting beliung terjadi sebanyak 397 kali, tanah longsor 306 kali, kebakaran hutan dan lahan 123 kali, gelombang pasang/abrasi 15 kali, gempa bumi 5 kali, letusan gunung api 3 kali, dan kekeringan 1 kali. Data kejadian bencana yang total berjumlah 1.382 kejadian tersebut belum memperhitungkan data bencana nonalam, seperti pandemi Covid-19.

Sementara itu, korban meninggal akibat bencana tanah longsor berjumlah 51 jiwa, puting beliung 8 dan karhutla 1. Total kerusakan rumah akibat bencana hingga Mei 2020 dengan kategori RB berjumlah 4.051 unit, RS 2.596 dan RR 11.516.

Hingga akhir Mei ini masih terjadi kejadian yang dipicu oleh hujan intensitas tinggi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam menginformasikan Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB kejadian tanah longsor di Nagari Baringin, Kecamatan Palalembayan, Agam, Sumatera Barat. Kejadian yang tidak menimbulkan korban jiwa ini terjadi pada Sabtu (30/5), pukul 17.20 waktu setempat.

Longsor sempat menutup akses jalan sepanjang 25 meter. Ketinggian longsor 25 cm hingga 100 cm berhasil dibersihkan sehingga kendaraan dapat melewatinya.

"Menyikapi kondisi di wilayah nusantara, masyarakat diimbau untuk selalu waspada. Meskipun jelang pergantian musim, pada pekan terakhir Mei masih ditemui beberapa kejadian banjir," kata Raditya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement