Ahad 31 May 2020 21:37 WIB

Kinerja Manufaktur China Masih Lemah Setelah Pelonggaran

Aktivitas pabrik di China tumbuh melambat pada Mei tahun ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas pabrik di China tumbuh melambat pada Mei tahun ini. Sektor manufaktur bergerak pelan selama dua bulan terakhir meskipun aktivitas bisnis mulai dibangkitkan kembali.
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Aktivitas pabrik di China tumbuh melambat pada Mei tahun ini. Sektor manufaktur bergerak pelan selama dua bulan terakhir meskipun aktivitas bisnis mulai dibangkitkan kembali.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Aktivitas pabrik di China tumbuh melambat pada Mei tahun ini. Sektor manufaktur bergerak pelan selama dua bulan terakhir meskipun aktivitas bisnis mulai dibangkitkan kembali. 

Berdasarkan data Biro Statistis Nasional China, indeks kinerja manufaktur (PMI) negaranya turun ke posisi 50,6 pada Mei ini dari 50,8 pada April lalu. Padahal sejumlah analis memperkirakan PMI China akan naik ke posisi 51. 

Baca Juga

Sementara itu, indeks pesanan ekspor masih mengalami penurunan hingga lima bulan berturut-turut dengan sub-indeks berada di posisi 35,3 pada bulan ke lima ini. Covid-19 sangat berdampak terhadap permintaan global. 

"PMI menunjukkan bahwa indeks yang berhubungan dengan permintaan berada jauh di bawah indeks yang berkaitan dengan produksi. Turunnya permintaan berdampak pada penurunan produksi," kata Analis China Federation of Logistics and Purchasing (CFLP), Zhang Liqun, dikutip Reuters, Ahad (31/5).

Selain itu, tingkat penyerapan karyawan di sektor manufaktur juga mengalami penurunan drastis menjadi 49,4 pada Mei ini dari 50,2 pada April lalu. Sedangkan indeks PMI untuk UMKM anjlok menjadi 48,8 dari 50,8. 

Di sisi lain, permintaan domestik mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 50,2 pada April lalu menjadi 50,9 pada Mei ini. Analis melihat, kebijakan moneter yang mendukung dari pemerintah akan lebih meningkatkan permintaan domestik.

"Kami yakin, permintaan domestik China akan dapat melanjutkan penguatan," kata analis dalam sebuah catatan. 

Terpukul oleh krisis kesehatan, ekonomi China menyusut tajam sebesar 6,8 persen pada kuartal I 2020. Meski sejumlah bisnis terlah diaktifkan kembali, banyak pelaku usaha yang masih harus berjuang pembatalan pesanan karena diberlakukannya lockdown.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement